Mengungkap Makna Lempar Jumrah di Mina, Ritual Haji Penangkal Godaan Setan

Mengungkap Makna Lempar Jumrah di Mina, Ritual Haji Penangkal Godaan Setan

Hanif Hawari - detikHikmah
Senin, 09 Jun 2025 08:00 WIB
Muslim pilgrims cast their stones at a pillar symbolising Satan, during the annual hajj pilgrimage in Mina, Saudi Arabia, June 6, 2025. REUTERS/Khaled Abdullah
Potret jemaah haji melempar jumrah di Mina (Foto: REUTERS/Khaled Abdullah)
Jakarta -

Berada di Mina merupakan salah satu puncak dari rangkaian ibadah haji yang penuh makna dan pengorbanan. Di tempat inilah para jamaah haji melaksanakan salah satu amalan penting, yaitu melempar jumrah sebagai simbol perlawanan terhadap godaan setan.

Lempar jumrah di Mina menjadi momen spiritual yang sangat mendalam bagi setiap jamaah. Dalam prosesi ini, mereka melemparkan batu kerikil ke tiga titik jumrah.

Sejarah Singkat Mina

Dalam buku Jejak Sejarah di Dua Tanah Haram dijelaskan bahwa Mina terletak di kawasan Tanah Haram, berada di antara Kota Makkah dan Muzdalifah. Jaraknya sekitar 7 kilometer dari Masjidil Haram, dan tidak terdapat ketentuan khusus dalam Al-Qur'an maupun hadits mengenai batas-batas wilayah Mina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat Arab kerap menyebut Mina dengan nama Muna, yang berarti harapan dan optimisme. Penamaan ini dikaitkan dengan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa di tempat inilah Nabi Adam AS mendengar bisikan bahwa ia akan segera bertemu dengan istrinya, Hawa, setelah berjalan selama 200 tahun dari al-Kindi.

Bisikan tersebut membangkitkan semangat dan harapan besar dalam diri Nabi Adam AS. Hingga akhirnya, harapannya menjadi kenyataan saat Allah SWT mempertemukannya kembali dengan Hawa di Arafah.

ADVERTISEMENT

Doa Masuk Mina

Ketika akan memasuki Mina, jamaah haji dapat memanjatkan doa agar kegiatan di Mina menjadi lebih berkah. Berikut ini adalah doa masuk Mina.

اللَّهُمَّ هٰذِهِ مِنٰي فَامْنُنْ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ وَأهْلِ طَاعَتِكَ

Arab-latin: Allahumma haadzihi minaa famnun 'alayya bimaaa mananta bihi 'ala auliyaa-ika wa ahli thaa-atika

Artinya: "Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahilah aku apa yang telah Engkau anugerahkan kepada orang-orang yang dekat dan taat kepada-Mu."

Jemaah juga bisa membaca doa Imam an-Nawawi saat tiba di Mina:

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي بَلَغَنِيْهَا سَالِمًا مُعَافًا، اللهِم هَذِهِ مِنِى قَدْ أَتَيْتُهَا، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَفِي قَبْضَتِكَ أَسْأَلُكَ أَنْ تَمُنَّ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ، اللهم إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْحِرْمَانِ وَالْمُصِيْبَةِ فِي دِينِي يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menyampaikan aku ke sini (Mina) dengan selamat dan sehat. Ya Allah, inilah tempat bernama Mina, aku datang ke tempat ini sedang aku adalah hamba-Mu dan dalam genggaman-Mu. Aku memohon kepada-Mu, berilah aku nikmat sebagaimana nikmat yang Engkau berikan kepada kekasih-kekasih-Mu. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari terhalang rahmat-Mu dan dari musibah pada agamaku, ya Allah, Yang Maha Pengasih dari segala Yang Pengasih."

Sejarah Melontarkan jumrah

Dirangkum dari buku Belajar Manasik Haji karya Ruhy Sholeh dan Dedi Fadilah serta Haji dan Umroh yang Nikmat oleh Trinil Susilawati, istilah Jamarat merupakan bentuk jamak dari jumrah, yang secara bahasa berarti kumpulan batu-batu kecil.

Seiring waktu, kata ini digunakan untuk menyebut lokasi di Mina yang menjadi tempat para jemaah haji melemparkan batu kerikil sebagai bagian dari ritual ibadah haji.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Ibrahim menerima perintah melalui mimpi dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail. Ketika hendak melaksanakan perintah tersebut, setan muncul di tengah perjalanan dan berusaha menggoda Nabi Ibrahim agar mengurungkan niatnya.

Namun karena kuatnya iman, Nabi Ibrahim menolak godaan tersebut dan melempari setan dengan tujuh batu kerikil di jumrah 'Aqabah, yang letaknya paling dekat dengan Ka'bah.

Setan kemudian kembali menggoda di jumrah Wustha, dan lagi-lagi diusir dengan lemparan kerikil. Terakhir, setan mencoba lagi di jumrah Sughra, namun tetap diusir oleh Nabi Ibrahim dengan tujuh lemparan hingga tidak muncul lagi.

Setelah itu, Nabi Ibrahim bersiap menyembelih Ismail, namun Allah menggantinya dengan seekor domba sebagai bentuk penerimaan atas keteguhan iman keduanya dalam menghadapi ujian dan godaan.

Keutamaan Melempar jumrah

Dalam bukunya yang berjudul Ibadah Haji: Proses Perjalanan, Pelaksanaan dan Keutamaan Tempat & Ritual, Drs. H. Abbas Jumadi menguraikan berbagai keutamaan dari amalan melempar jumrah yang dilakukan oleh jamaah haji.

1. Menegakkan Dzikrullah

Keutamaan melontarkan jumrah yang pertama adalah dengan menegakkan dzikrullah. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang Diriwayatkan dari Aisyah ra. Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya, diadakannya thawaf di Ka'bah, sa'i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah, adalah untuk menegakkan dzikrullah". (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh al-Armauth)

Selain itu, perintah melemparkan jumrah juga tertulis di dalam surat Al-Baqarah ayat 203, Allah SWT berfirman:

۞ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن تَعَجَّلَ فِى يَوْمَيْنِ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَن تَأَخَّرَ فَلَآ إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ لِمَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Artinya: Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.

2. Menghapus Dosa

Melemparkan jumrah yang dilakukan ketika berada di Mina juga merupakan sarana penghapusan dosa. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar ra., Nabi SAW bersabda,

"Adapun pelemparanmu untuk jumrah, maka bagimu dengan setiap kerikil yang kamu lemparkan adalah penghapusan satu dosa besar yang termasuk dari dosa penghancur yang berbahaya." (HR. Thabrani dalam Mu'jam Kabir dengan sanad shahih).

3. Mengikuti Sunnah Nabi Ibrahim

Dalam sejarah, Nabi Ibrahim juga melempar jumrah. Diriwayatkan Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW bersabda :

"Ketika lbrahim kekasih Allah mendatangi manasik (tempat-tempat ibadah haji) setan menghalang-halangi beliau di Jumratul Aqabah, maka beliau melemparinya dengan tujuh kerikil sehingga tenggelam di dalam tanah, kemudian ia menghalang-halangi beliau di Jamrah kedua, maka beliau melemparinya dengan tujuh kerikil hingga tenggelam di dalam tanah, kemudian ia menghalang-halangi beliau di Jamrah ketiga, maka beliau melemparinya dengan tujuh kerikil hingga tenggelam di dalam tanah".

Ibnu Abbas berkata, "Setan kalian rajam dan agama bapak kalian lbrahim kalian ikuti". (HR. Hakim dalam Mustadrak dan dishahikannya).

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Hide Ads