Jenazah Pernah Hanyut Saat Digotong Warga Seberangi Sungai di Ponorogo

Denza Perdana - detikJatim
Senin, 21 Apr 2025 12:05 WIB
Sungai di Ponorogo yang harus diseberangi warga untuk memakamkan jenazah di desa sebelah. (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Viral warga Desa Wates, Kecamatan Slahung, Ponorogo menyeberangi sungai menggotong keranda jenazah yang akan dimakamkan di TPU Desa Tugurejo. Meski penuh risiko, warga setempat tetap melakukan ini demi menghindari konflik dengan keluarga yang menolak tanahnya dilewati.

Sebenarnya, risiko terburuk sudah pernah dialami oleh warga Desa Wates saat menyeberangkan jenazah. Kepala Desa Tugurejo, Siswanto menceritakan, sebelumnya sudah pernah terjadi jenazah terjatuh saat digotong warga menyeberangi sungai tersebut.

"Pernah dulu jenazah sempat jatuh dan hanyut saat diseberangkan. Itu jadi trauma," ujar Siswanto kepada wartawan, Minggu (20/4).

Meski telah mengalami peristiwa yang traumatis, warga Desa Wates tak punya pilihan lain selain menyeberangi sungai selebar 20 meter itu agar jenazah bisa dimakamkan dengan layak di pemakaman Desa Tugurejo.

Pengalaman traumatis itu membuat warga menyeberangi sungai dengan lebih hati-hati. Mereka akan melangkahkan kaki secara perlahan-lahan dan lebih memperhatikan batu yang dipijak.

Pada masa tertentu, warga akan kesulitan menyeberangi sungai itu, terutama ketika sungai sedang meluap. Seperti yang disampaikan salah satu warga Desa Wates, Tri Utami.

Dia ceritakan bahwa ketika sungai sedang meluap atau banjir warga harus menunggu air surut baru bisa melintas. Di situlah, menurutnya, rasa duka kehilangan anggota keluarga bercampur dengan perasaan tegang dan prihatin.

"Biasanya kalau banjir, nunggu surut dulu baru melintas," kata Tri.

Lantas, mengapa warga Desa Wates harus memakamkan jenazah warganya di Desa Tugurejo? Siswanto menceritakan bahwa persoalan sudah puluhan tahun terjadi karena warga Desa Wates tidak memiliki lahan pemakaman.

Karena itu, bila ada warga Desa Tugurejo yang meninggal, mereka dimakamkan di Desa Tugurejo yang berada di seberang sungai.

Selain itu, Siswanto juga menceritakan, sebenarnya warga telah membangun jembatan secara swadaya. Tapi jalan menuju jembatan itu melintasi pekarangan milik 1 keluarga yang enggan tanahnya dilalui jenazah.

"Sudah berulang kali kejadian seperti ini. Warga harus memutar karena jalan dekat rumah satu keluarga itu tidak boleh dilewati jenazah. Kalau tetap lewat situ, malah menimbulkan keributan," ungkapnya.

Menurutnya, larangan ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Pemdes Tugurejo bersama Pemdes Wates pun tidak tinggal diam. Mediasi telah dilakukan berkali-kali, namun hasilnya nihil.

"Kami dari Pemdes 2 desa sudah berupaya memediasi agar keluarga tersebut mengizinkan jenazah melintas. Tapi mereka bersikukuh. Alasannya karena secara kepercayaan Jawa, kalau tanah dilalui jenazah katanya tidak bagus," terang Siswanto.

Ia menegaskan bahwa pendekatan humanis dan sosial telah dilakukan. Penjelasan soal kemanusiaan pun sudah disampaikan, namun tetap tak mengubah keputusan pemilik tanah.

"Posisi kemanusiaan sudah kita beri pemahaman. Tapi mereka tetap tidak mengizinkan," tambah Siswanto.



Simak Video " Video: Diduga Alami Gangguan Jiwa, Anak Bunuh Ayah-Ibu di Ponorogo"

(dpe/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork