Duduk Perkara yang Bikin Jenazah Harus Digotong Seberangi Sungai

Round-Up

Duduk Perkara yang Bikin Jenazah Harus Digotong Seberangi Sungai

Denza Perdana - detikJatim
Senin, 21 Apr 2025 08:00 WIB
Lokasi sungai yang diseberangi warga penggotong jenazah gegara jalan milik warga tidak boleh dilewati.
Lokasi sungai yang diseberangi warga penggotong jenazah gegara jalan milik warga tidak boleh dilewati (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Video sekelompok warga menggotong keranda jenazah salah satu warga yang hendak dimakamkan dengan menantang bahaya menyeberangi sebuah sungai viral di media sosial. Mereka terpaksa melakukan itu karena ada satu keluarga pemilik tanah yang keberatan dengan keberadaan mereka.

Peristiwa itu terjadi di Desa Wates, Kecamatan Slahung, Ponorogo. Sekelompok warga itu hendak mengantar jenazah ke pemakaman yang berada di Desa Tugurejo, yang berada di seberang sungai.

Untuk menuju ke jembatan yang telah dibangun 2 pemerintah desa, para pengantar jenazah harus melewati jalan yang berada di lahan milik satu keluarga warga desa Wates. Tapi keluarga ini menolak tanahnya dilintasi jenazah, karena alasan yang kolot.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demi menghindari konflik sosial, warga pengantar jenazah memilih mengalah dan menantang bahaya melewati sungai selebar 20 meter, mengangkat keranda, dan menyeberang secara perlahan-lahan.

Langkah demi langkah mereka pijakkan di bebatuan yang memenuhi sungai tersebut agar bisa menyeberang dan mengantar jenazah warga yang baru saja meninggal usai menjalani operasi di rumah sakit itu ke peristirahatan terakhir.

ADVERTISEMENT

Fenomena itu bukan cuma sekali itu terjadi. Salah satu warga Desa Wates Raditya Wahyu Pratama mengatakan larangan melintas bagi para pengantar jenazah oleh keluarga pemilik tanah ini sudah berlangsung cukup lama. Alasan pelarangan itu juga tak pernah dijelaskan secara gamblang.

Tri Utami, warga lainnya mengatakan pada akhirnya warga mengalah. Setiap kali ada jenazah yang perlu diantar ke pemakaman, warga menggotong keranda jenazah menyeberangi sungai.

"Sudah berulang kali kejadian seperti itu. Akhirnya ya warga memilih lewat sungai," tutur Tri.

Warga memilih berhati-hati agar risiko yang pernah terjadi sebelumnya tidak terjadi lagi. Saat sungai sedang meluap atau banjir, warga harus menunggu air surut baru bisa melintas.

Apalagi, pada waktu sebelum viral itu pernah terjadi jenazah yang terjatuh saat digotong menyeberangi sungai. Hal itu seperti diceritakan oleh Kepala Desa Tugurejo, Siswanto.

"Pernah dulu jenazah sempat jatuh dan hanyut saat diseberangkan. Itu jadi trauma. Maka kita perlu bikin akses baru yang aman dan tidak menyinggung pihak manapun," kata Siswanto.

Siswanto menceritakan bahwa sudah puluhan tahun warga Desa Wates yang tidak memiliki lahan pemakaman harus memakamkan warganya yang meninggal ke Desa Tugurejo. Untuk memudahkan penyeberangan ini, warga telah membangun jembatan secara swadaya.

Namun, satu-satunya akses jalan menuju jembatan itu ternyata melintasi pekarangan milik salah satu keluarga yang enggan tanahnya dilalui oleh pengantar jenazah. Dia khawatir bila keberatan itu dilanggar akan terjadi keributan.

Pemdes Tugurejo bersama Pemdes Wates juga telah menggelar rangkaian mediasi dengan keluarga pemilik tanah. Tapi hasilnya nihil. Keluarga itu tetap bersikukuh menolak pengantar jenaza melintas.

"Alasannya karena secara kepercayaan Jawa, kalau tanah dilalui jenazah, katanya tidak bagus. Posisi kemanusiaan sudah kami beri pemahaman. Tapi mereka tetap tidak mengizinkan," tambah Siswanto.

Melihat kondisi ini hingga viral di medsos, Pemdes Tugurejo pun memutuskan mengambil langkah konkret dengan berencana membangun jalan baru khusus untuk prosesi pemakaman dari Wates ke Tugurejo.

Pembangunan akan dimulai April ini dengan lebih dulu membangun talud sebagai tahap awal. Anggaran untuk pembangunan akses penyeberangan sungai ini juga sudah direncanakan menggunakan Dana Desa.

"Insya Allah bulan ini kami bangun dulu talud untuk akses jalan jenazah. Kalau jalan jadi, jembatan lama akan kami bongkar dan kami ganti dengan jembatan baru yang aksesnya tidak melewati tanah keluarga itu," tegas Siswanto.




(dpe/fat)


Hide Ads