Sulitnya Warga Gotong Jenazah Seberangi Sungai gegara Tak Diizinkan Lewat

Sulitnya Warga Gotong Jenazah Seberangi Sungai gegara Tak Diizinkan Lewat

Charolin Pebrianti - detikJatim
Minggu, 20 Apr 2025 19:45 WIB
Lokasi sungai yang diseberangi warga penggotong jenazah gegara jalan milik warga tidak boleh dilewati.
Lokasi sungai yang diseberangi warga penggotong jenazah gegara jalan milik warga tidak boleh dilewati. (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Warga menggotong keranda jenazah menyeberangi sungai menghebohkan media sosial. Warga Desa Wates, Kecamatan Slahung, Ponorogo terpaksa melakukan itu karena warga pemilik lahan yang menjadi satu-satunya akses ke jembatan melarang mereka melintasi lahan.

Membawa keranda jenazah menyeberangi sungai bukan persoalan yang tanpa risiko. Pada masa tertentu warga akan kesulitan menyeberangi sungai tersebut sembari membawa keranda jenazah. Apalagi jika sungai sedang meluap

Tri Utami, salah satu warga Desa Wates mengatakan jika sungai sedang meluap atau banjir warga harus menunggu air surut baru bisa melintas. Di situlah rasa duka kehilangan anggota keluarga bercampur dengan perasaan tegang dan prihatin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya kalau banjir, nunggu surut dulu baru melintas," kata Tri saat ditemui pada Minggu (20/4/2025).

Peristiwa warga nekat menggotong jenazah menyeberangi sungai ini viral di media sosial. Sebab, keputusan menyeberangi sungai padahal ada jembatan yang lebih aman itu bukan karena jalan rusak atau jembatan roboh, melainkan karena pemilik akses jalan menolak tanahnya dilintasi pengantar jenazah.

ADVERTISEMENT

Tri mengatakan peristiwa menyeberangkan keranda jenazah melalui sungai seperti itu bukan yang pertama kali terjadi. Sudah beberapa kali warga harus menggotong keranda melintasi sungai karena alasan yang sama.

"Sudah berulang kali kejadian seperti itu. Akhirnya ya warga memilih lewat sungai," tutur Tri.

Warga Desa Wates lainnya, Raditya Wahyu Pratama menjelaskan bahwa jenazah yang digotong warga itu meninggal setelah menjalani operasi. Jenazah itu hendak dimakamkan di Desa Tugurejo yang dihubungkan oleh sebuah jembatan.

"Jenazah itu habis operasi, terus meninggal. Mau dimakamkan di Desa Tugurejo, tapi nggak boleh lewat tanah itu," ujar , Minggu (20/4/2025).

Karena tak punya pilihan lain, warga terpaksa turun ke sungai selebar 20 meter tersebut lalu mengangkat keranda jenazah dan mulai menyeberang secara perlahan-lahan. Langkah demi langkah mereka pijakkan di tengah arus sungai itu demi membawa jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.

Menurut Raditya, alasan pelarangan akses bagi pengantar jenazah ini tak pernah dijelaskan secara gamblang oleh pemilik tanah. Tetapi menurutnya warga sudah terbiasa mengalah.

"Kalau buat lewat bawa jenazah tidak boleh. Nggak tahu kenapa," ucap Raditya.

Saksikan juga Sosok: Damaz, Wujudkan Mimpi Lewat Tanaman Herbal




(dpe/fat)


Hide Ads