Pakar TI Untag Refleksikan 25 Tahun Lembaga Pendidikan Menuju Digitalisasi

Pakar TI Untag Refleksikan 25 Tahun Lembaga Pendidikan Menuju Digitalisasi

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 02 Jan 2025 23:55 WIB
Pakat TI Untag Surabaya, Supangat
Pakat TI Untag Surabaya, Supangat (Foto: Dok. Istimewa)
Surabaya -

Pakar Sistem dan Teknologi Informasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Supangat merefleksikan perjalanan institusi pendidikan selama 25 tahun ini. Khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman.

Menurutnya, perjalanan 25 tahun ini menjadi momen mengevaluasi manajemen, sistem pembelajaran, dan tata kelola sekolah agar lebih adaptif menghadapi tantangan masa depan.

Supangat menjelaskan, manajemen yang baik merupakan fondasi keberhasilan sebuah institusi pendidikan. Hal ini mencakup pengelolaan kurikulum yang relevan, sistem pembelajaran inovatif, serta pemanfaatan teknologi secara efektif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sekolah negeri, kepala sekolah seringkali dipandang sebagai jabatan birokratis, sementara guru berperan layaknya pegawai pemerintah. Sebaliknya, sekolah swasta sering terdorong untuk meniru pola pengelolaan sekolah negeri, bahkan sering diukur dengan standar yang sama," kata Supangat kepada detikJatim, Kamis (2/12/2024).

"Struktur hierarkis ini menciptakan keterbatasan dalam inovasi karena adanya regulasi yang mengharuskan sekolah "mengacu pada standar." Akibatnya, penerapan standar ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para pendidik untuk mengintegrasikan fleksibilitas dan inovasi dalam pengelolaan sekolah," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Kaprodi Sistekin Fakultas Teknik Untag Surabaya ini menjelaskan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pola baru manajemen sekolah yang saat ini sedang diterapkan oleh SMA. Pola pertama ialah manajemen tradisional yang mengacu pada pengelolaan standar pemerintah.

"Standar ini mencakup pedoman sekolah, struktur organisasi, kegiatan pembelajaran, pendidik, sarana dan prasarana, hingga budaya lingkungan. Pola ini sering kali dianggap kaku karena mengutamakan keseragaman," jelasnya.

Pola kedua, yakni manajemen yang berorientasi pada kualitas belajar siswa. Pendekatan ini lebih fleksibel dan fokus pada pembelajaran yang relevan dengan perubahan zaman.

"Dengan pola ini, manajemen sekolah dituntut mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan, seperti perubahan lingkungan, tuntutan teknologi, serta kebutuhan akan sistem pendidikan yang lebih transparan dan dinamis," ujarnya.

Digitalisasi: Kunci Masa Depan Pendidikan

Baginya, digitalisasi bukan sekadar alat pendukung, tetapi harus menjadi elemen inti dalam manajemen sekolah. Sistem administrasi berbasis digital, komunikasi orang tua-guru melalui aplikasi, serta evaluasi berbasis data adalah beberapa contoh implementasi yang dapat meningkatkan efisiensi.

Dalam pembelajaran, integrasi teknologi disebut memungkinkan melakukan pendekatan hybrid menggabungkan metode tatap muka dan daring, serta mendukung pembelajaran personalisasi. Sumber daya digital, perangkat pintar, dan alat kolaborasi online dapat meningkatkan keterlibatan siswa, serta mempersiapkan mereka menghadapi dunia nyata.

Ia menyebut contoh nyatanya seperti Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM), di mana digitalisasi diintegrasikan ke dalam manajemen sekolah dan pembelajaran. Karena talah memanfaatkan perangkat komputer sebagai pembawa acara (MC) dan menampilkan multimedia canggih di panggung. Selain itu juga mengimplementasikan pembelajaran berbasis teknologi dengan pendekatan joyful learning, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan relevan dengan era digital.

Di tahun 2025, lembaga pendidikan perlu merefleksikan apakah sistem manajemen, kurikulum, dan metode pembelajaran yang diterapkan telah cukup adaptif terhadap perubahan zaman. Sekolah dengan pendekatan berbeda, seperti sekolah umum dan sekolah alam, menghadapi tantangan unik namun tetap memiliki tujuan yang sama yaitu menyediakan pendidikan yang relevan dan berkualitas.

Seperti sekolah umum sering beroperasi dalam skala besar, membutuhkan sistem digital yang dapat mengelola data secara efisien. Di sisi lain, sekolah berbasis konteks seperti sekolah alam dapat menggunakan teknologi untuk memperkaya eksplorasi lapangan dan pengalaman belajar siswa.

"Digitalisasi bukan hanya alat tambahan, tetapi juga sebuah pola pikir yang mendasari transformasi pendidikan. Dengan manajemen yang baik, kurikulum yang adaptif, dan pembelajaran berbasis teknologi, sekolah dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan zaman," urainya.

"Momen 25 tahun menjadi pengingat pentingnya inovasi berkelanjutan dalam dunia pendidikan. Dengan terus memperbarui pola pengelolaan sekolah, kita dapat menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri. Semoga perjalanan menuju 2025 membawa transformasi yang bermakna, karena pendidikan yang berkualitas adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik," pungkasnya.




(abq/iwd)


Hide Ads