Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menanamkan semangat merah putih di tengah tantangan arus informasi kepada mahasiswa. Hal ini dilakukan saat Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) dengan mengusung tema 'Merah Putih Mengakar, Patriotisme Berkobar'.
Ketua PKKMB 2025 Untag Surabaya Supangat PhD ITIL COBIT CLA CISA mengatakan, patriotisme saat ini tidak cukup dimaknai sebagai semangat sesaat. Sebab, patriotisme harus tumbuh sebagai kesadaran yang melekat dalam keputusan sehari-hari, cara mahasiswa berpikir, bersikap, dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
"Melalui PKKMB 2025 ini, kami tidak sekadar menyambut mahasiswa baru. Kami ingin memulihkan semangat mereka, menguatkan kembali akar yang mulai rapuh oleh tuntutan zaman, dan menyalakan kembali kobaran Merah Putih dalam jiwa mereka, agar langkah yang diambil dari kampus ini kelak mampu memberi makna bagi bangsanya," kata Supangat, Kamis (26/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesetiaan kepada bangsa tidak melulu soal simbol, tapi tentang keberanian menjaga nilai, memperjuangkan keadilan, serta membangun solidaritas," tambahnya.
Untag Surabaya menganggap PKKMB bukan hanya seremoni tahunan, tetapi ruang menyamai nilai. Sehingga mahasiswa dapat belajar, bahwa perkuliahan bukan hanya soal mengejar gelar, tapi juga mengasah kepekaan, mengenali realitas, dan merumuskan tanggung jawab sosial sebagai intelektual muda.
"Tema 'Merah Putih Mengakar' menekankan pentingnya menanamkan jati diri kebangsaan yang kuat di tengah derasnya arus globalisasi dan kehidupan digital yang serba instan. Setiap mahasiswa perlu menyadari bahwa identitas bangsa bukanlah beban masa lalu, melainkan akar yang menguatkan pijakan langkah mereka ke depan," bebernya.
"Sementara itu, 'Patriotisme Berkobar' adalah ajakan untuk menjaga agar semangat Merah Putih tetap menyala dalam setiap tindakan, baik dalam ruang akademik, kegiatan sosial, hingga sikap sehari-hari," tambahnya.
Supangat mengatakan, sebagai kampus yang lahir dari perjuangan kemerdekaan, berharap sejarah, berdaya di masa kini, dan menyalakan harapan untuk masa depan.
"Mahasiswa tidak bisa hanya berdiri di pinggir dan menyaksikan. Mereka harus hadir sebagai bagian dari solusi, dengan terlebih dahulu memahami jati dirinya dan akar budaya bangsa," pungkasnya.
(esw/hil)