Ini Pesan Pakar Pendidikan di Hari Anak Sedunia

Ini Pesan Pakar Pendidikan di Hari Anak Sedunia

Firtian Ramadhani - detikJatim
Rabu, 20 Nov 2024 19:13 WIB
Pakar pendidikan Isa Anshori
Pakar Pendidikan Isa Anshori (Foto: Amir Baihaqi)
Surabaya -

20 November 2024 diperingati sebagai Hari Anak Sedunia. Pakar Pendidikan Isa Anshori menyoroti maraknya kekerasan anak di dunia pendidikan serta banyak ancaman-ancaman kepada anak saat memasuki proses untuk mengembangkan diri.

"Pada intinya, berkaitan dengan Hari Anak Sedunia, kan eskalasi kekerasan terhadap anak semakin meningkat ditambah lagi dengan perkembangan teknologi. Ancaman itu juga kadang-kadang datang dari proses-proses yang dilakukan oleh anak," kata Isa ketika dikonfirmasi detikJatim, Rabu, (20/11/2024).

"Saya menyoroti proses kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan. Salah satunya adalah ketidakmampuan guru, ketidakmampuan kebijakan memahami apa yang menjadi kebutuhan terbaik anak," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Isa, kemampuan guru harus disesuaikan dengan anak. Pendekatan bisa dilakukan dalam konteks pendidikan yang humanis serta pendidikan yang memahami kebutuhan anak saat sedang berproses.

"Sudah saatnya negara hadir dalam konteks pendidikan humanis, bagaimana pendidikan memahami anak berproses dan memahami kebutuhan anak," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Dengan ini, anak-anak akan bisa berjalan sesuai dengan kodrat dan hak-hak yang dimiliki. Selain itu, anak-anak akan mengalami tumbuh kembang yang baik apabila proses tersebut juga dijalankan dengan baik.

"Untuk guru, guru itu seperti bengkel, bengkelnya manusia. Maka dia tentu harus memahami konteks manusia, manusia dalam konteks hubungan dengan guru itu kan namanya murid/siswa," terangnya.

Isa melanjutkan guru mempunyai tugas untuk mengubah anak dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Maka dari itu, guru dalam proses mendidik harus memahami kemampuan anak dan kompetisi anak.

"Artinya, guru harus paham betul siswa nyamannya seperti apa, tidak harus diseragamkan, jadi cari sisi lain murid. Itu yang disebut kompetisi, dengan mengetahui kompetisi ini guru bisa melakukan pendekatan sesuai dengan ketajaman anak masing-masing," sebutnya.

Adapun isu-isu lain yang rentan dialami anak-anak adalah disinformasi yang berujung pada kekerasan anak. Dalam hal ini, Isa menekankan agar ada kolaborasi penting multistakeholder. Baginya, kolaborasi ini dalam konteks anak, orang tua, pemerintah, sekolah, masyarakat hingga lingkungan.

"Pemerintah harus hadir melindungi kebijakan informasi yang baik untuk anak dan tidak. Lalu guru mendampingi anak-anak, memberikan pemahaman mana yang baik dan tidak dengan proses belajar yang dilakukan," kata Isa.

Anak berfungsi sebagai pengguna yang dapat memilah mana yang baik dan mana yang tidak untuk dirinya setelah mendapatkan pemahaman dari guru. Media juga memiliki peran yang sama, yaitu harus berusaha menghadirkan informasi-informasi yang baik dan sehat untuk anak-anak.

"Sekolah harus menciptakan lingkungan sehat digital. Juga orang tua menjadi peran utama dalam rangka memberikan pendampingan dan pemahaman di rumah," tambah dia.

"Kalau kolaborasi multistakeholder ini bisa berjalan dengan bagus di Hari Anak Sedunia. Anak-anak pun nantinya bisa menyongsong masa depannya dengan baik," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Firtian Ramadhani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(abq/iwd)


Hide Ads