Pakar Pendidikan: MPLS Perlu Libatkan Ortu dan Tanamkan Nilai Empati

Pakar Pendidikan: MPLS Perlu Libatkan Ortu dan Tanamkan Nilai Empati

Aprilia Devi - detikJatim
Rabu, 09 Jul 2025 16:30 WIB
Panduan Pelaksanaan MPLS Tahun Ajaran 2025/2026.
Ilustrasi MPLS (Foto: Kemdikdasmen)
Surabaya -

Menjelang tahun ajaran baru 2024/2025 pada 14 Juli 2025, pakar pendidikan menyarankan bentuk kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Menurutnya MPLS sebaiknya tidak hanya ditujukan untuk siswa saja, tapi juga melibatkan orang tua secara aktif.

Hal itu disampaikan oleh Pakar Pendidikan Jawa Timur, Isa Anshori. Ia mengusulkan setelah siswa menjalani MPLS, sekolah juga dapat mengadakan masa orientasi khusus untuk orang tua atau wali murid.

"Akan lebih menarik lagi kalau masa orientasi itu tidak hanya untuk siswa, tapi juga disusul dengan masa orientasi orang tua. Setelah anak-anak berproses dalam belajar satu-dua minggu, orang tua diajak ngobrol," ujar Isa saat dihubungi detikJatim, Rabu (9/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Isa, penyampaian informasi kepada orang tua di hari pertama sekolah seringkali hanya bersifat umum. Padahal, keterlibatan orang tua sangat krusial dalam mendukung proses belajar anak.

"Itu hanya komitmen lisan (komunikasi antara sekolah dan orang tua di saat tahun ajaran baru). Tapi setelah itu, komitmen harus dituangkan dalam bentuk kerja-kerja kolaboratif antara sekolah dan orang tua demi kemajuan anak," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Lebih jauh, Isa juga menekankan pentingnya menjadikan MPLS sebagai ajang membangun nilai-nilai positif, bukan sekadar pengenalan sekolah.

"Kata kuncinya adalah membangun kolaborasi. Hal-hal yang positif dan saling melengkapi harus ditanamkan sejak awal," jelasnya.

Ia juga menyoroti bahwa isu kekerasan di masa orientasi sudah ditinggalkan oleh sekolah-sekolah. Namun, menurutnya, bukan berarti peran MPLS berhenti di situ.

"Anti kekerasan itu wajib, tapi tidak cukup. Yang dibutuhkan selanjutnya adalah kemampuan berempati bagi anak," ucap Isa.

Karena itu, ia menyarankan agar selama MPLS, siswa dikenalkan pada nilai-nilai sosial seperti saling menghargai, memahami perbedaan, dan belajar berempati.

"Kalau empati dibangun sejak awal, itu akan terbawa dalam proses belajar," ungkapnya.

Nilai-nilai ini, lanjut Isa, perlu ditanamkan di semua jenjang pendidikan. Mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Sekolah juga dapat merancang program MPLS yang menyentuh sisi emosional dan sosial siswa. Misalnya, lewat diskusi dan kegiatan kreatif lainnya.

Dengan melibatkan orang tua dan membekali siswa dengan nilai-nilai empati sejak awal, MPLS ini bisa menjadi pondasi kuat untuk membentuk karakter anak di masa depan.

"Tanggung jawab pendidikan itu sejak awal adalah tanggung jawab bersama, antara sekolah dan tanggung jawab orang tua," pungkasnya.




(auh/hil)


Hide Ads