Dilansir dari jurnal berjudul KH Sangidu, Penghulu Penemu Nama Muhammadiyah karya Fandy Aprianto Rahman, KH Sangidu memiliki nama lengkap Raden Hariya Muhammad Sangidu.
KH Sangidu lahir pada 1883 di Kampung Kauman, Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ia wafat pada 1940, lalu disemayamkan di Makam Karangkajen. KH Sangidu merupakan anak pertama dari pasangan Kyai Ma'ruf Ketib Tengah (Ketib Amin) dan Nyai Sebro (Raden Nganten Ketib Amin).
Baca juga: Asal-usul Nama Muhammadiyah |
KH Sangidu keturunan Kiai Maklum Sepuh atau Kyai Penghulu Maklum Kamaluddiningrat (Kepala Penghulu Kasultanan Yogyakarta ke-9) dari pihak ayah. Sementara dari pihak ibu, KH Sangidu keturunan Ki Ageng Pemanahan.
KH Sangidu menikah dua kali. Pertama dengan putri K.R.P.H. Muhammad Khalil Kamaluddiningrat dan dikarunia tiga anak. Kedua dengan Siti Jauhariyah dan memiliki sembilan anak.
Perjalanan Karier KH Sangidu
KH Sangidu dilantik sebagai penghulu Kasultanan Yogyakarta pada 1914-1940. Ia menjadi penghulu Kasultanan Yogyakarta ke-13 menggantikan Ketib Anom Kyai Muhammad Sangidu. Ia pun mendapat gelar K.R.P.H. Muhammad Kamaludiningrat.
Ia dikenal sangat dekat dengan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Sebab, mertua KH Sangidu merupakan kakak ipar KH Ahmad Dahlan. Selain itu, KH Sangidu juga berguru pada KH Ahmad Dahlan.
Tidak hanya sebatas itu, KH Sangidu dan KH Ahmad Dahlan juga memiliki satu pemahaman. Ia memberikan dukungan pada gerakan yang digagas KH Ahmad Dahlan.
Ia menjadi anggota pertama yang bergabung di Muhammadiyah. KH Sangidu pun dipercaya terlibat ke dalam segala lini sejak awal pendirian organisasi Islam tersebut.
Pencetus Nama Muhammadiyah
Sebelum Muhammadiyah didirikan, KH Sangidu sudah mengajarkan ajaran Islam kepada santrinya. Perannya sebagai penghulu Kasultanan Yogyakarta pun membawa pengaruh cukup besar di Kauman dan gerakan Muhammadiyah. Hasilnya, ajaran atau tradisi yang bersifat syirik mulai ditinggalkan masyarakat.
Masyarakat yang mulanya mengkritik paham keagamaan Muhammadiyah pun berkurang. Ajaran Muhammadiyah menjadi paham yang mendominasi di masyarakat Kauman. Bahkan, Muhammadiyah mendapat izin masuk ke Kawedanan Reh Pengulon.
Sementara nama Muhammadiyah dicetuskan KH Sangidu pada 1911 di Pendopo Tabligh untuk organisasi rintisan KH Ahmad Dahlan. Nama tersebut kemudian digunakan setelah sang pendiri melakukan sholat istikharah.
Muhammadiyah sendiri berasal dari nama nabi dan rasul terakhir, Muhammad SAW. Makna lain nama Muhammadiyah dapat diartikan para anggota organisasi merupakan umat Nabi Muhammad SAW yang akan meneruskan ajaran sang nabi yaitu Islam.
Selain mengusulkan nama Muhammadiyah, KH Sangidu juga berperan mendirikan sekolah tingkat lanjut yang dinamai Al-Qismul Arqo. Sekolah ini berfokus pada ajaran agama Islam dengan berkonsep modern.
Nama Al-Qismul Arqo kemudian diganti menjadi Madrasah Muallimin Muhammadiyah dan Madrasah Mualimat Muhammadiyah. Pergantian nama ini berdasarkan surat keputusan pemerintah Hindia Belanda, Wilde Schoolen Ordonantie (ordonasi yang mengatur keberadaan sekolah liar).
Tidak hanya sekolah tingkat lanjut, KH Sangudin bersama Siwo Proyo Wanito (SPW) juga mendirikan sekolah anak-anak usia dini bernama Frobel School. Perkembangan sekolah mengalami kemajuan, di mana pembelajaran agama Islam disampaikan melalui nyanyian dan cerita.
Artikel ini ditulis oleh Nabila Meidy Sugita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)