Siapa Nama Sunan dari Syarif Hidayatullah? Ini Biografi Lengkapnya

Siapa Nama Sunan dari Syarif Hidayatullah? Ini Biografi Lengkapnya

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Rabu, 11 Des 2024 11:45 WIB
Wali Songo
Ilustrasi Wali Songo. Foto: Ilustrasi: Kharisma
Jakarta -

Pada masa penyebaran Islam di Jawa, banyak tokoh yang berperan penting dalam memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat. Salah satu tokoh tersebut adalah Sunan Syarif Hidayatullah.

Selain berperan sebagai penyebar agama Islam, Sunan Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon. Nama ini mungkin sudah tidak asing lagi, namun belum banyak yang tahu, sebenarnya Syarif Hidayatullah adalah nama sunan apa? Berikut penjelasannya.

Biografi Sunan Syarif Hidayatullah

Mengutip buku Sunan Gunung Jati: Sejarah Hidup dan Perjuangan Wali Tanah Jawa yang disusun oleh Masykur Arif, Sunan Syarif Hidayatullah, yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, adalah salah satu tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain nama tersebut, beliau juga dikenal dengan berbagai sebutan, seperti Muhammad Nuruddin, Syekh Nurullah, Sayyid Kamil, Bulkiyyah, Syekh Madzukurullah, dan Makdum Jati. Dalam beberapa babad, beliau disebut dengan nama Syekh Nuruddin Ibrahim Ibnu Israil, Syarif Hidayatullah, Said Kamil, dan Maulana Syekh Makdum Rahmatullah, yang kemudian diangkat menjadi Sunan Gunung Jati.

Dari sejumlah nama tersebut, yang paling dikenal di masyarakat adalah Sunan Gunung Jati dan Syarif Hidayatullah. Serta, masih ada nama lain yang dikenal oleh masyarakat sebagai nama Sunan Gunung Jati, namun masih diperdebatkan oleh para sejarawan, apakah termasuk Sunan Gunung Jati atau bukan, yaitu Falatehan atau Fatahillah.

ADVERTISEMENT

Sunan Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir pada tahun 1450. Ayah beliau, Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, adalah seorang mubaligh dan musafir besar asal Gujarat, India. Ayahnya dikenal di kalangan kaum Sufi dengan gelar Syekh Maulana Akbar.

Syekh Maulana Akbar berasal dari keluarga besar yang memiliki silsilah keturunan langsung dari Rasulullah SAW, melalui Imam Husain.

Ibu Sunan Syarif Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang, putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, dan Nyai Subang Larang. Nyai Rara Santang adalah saudara kandung dari Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang, yang bergelar Cakrabuwana atau Mbah Kuwu Cirebon Girang, yang pernah berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang mubaligh asal Baghdad.

Masa Pemerintahan Sunan Syarif Hidayatullah

Disebutkan dalam buku Sunan Gunung Jati: Peletak dasar kerajaan Islam di Jawa yang disusun oleh Alik al Adhim, Pada tahun pertama pemerintahannya, Sunan Syarif Hidayatullah mengunjungi Pajajaran untuk menemui kakeknya, Prabu Siliwangi.

Meskipun Prabu Siliwangi tidak menerima ajakan untuk memeluk Islam, beliau tidak menghalangi cucunya untuk menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut. Sunan Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanan ke Serang, di mana penduduknya telah banyak yang memeluk Islam, berkat kedatangan para saudagar Arab dan Gujarat.

Sunan Syarif Hidayatullah tidak bekerja sendirian dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Ia sering bermusyawarah dengan para wali lainnya di Masjid Demak dan turut berperan dalam berdirinya Masjid Demak. Dari hubungan eratnya dengan Sultan Demak dan wali-wali lainnya, Sunan Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati di Cirebon, dan memproklamirkan dirinya sebagai Sultan pertama.

Di Cirebon, Sunan Syarif Hidayatullah lebih mengutamakan pengembangan agama Islam melalui dakwah. Salah satu langkah pentingnya adalah membangun masjid agung di Cirebon dan mendirikan masjid-masjid di wilayah-wilayah yang dikuasainya. Selain itu, beliau juga membangun infrastruktur seperti keraton, jalur transportasi melalui laut, sungai, dan jalan darat, serta pasukan keamanan (pasukan jaga baya) yang jumlah dan kualitasnya memadai baik untuk di pusat kerajaan maupun di wilayah-wilayah yang sudah dikuasainya.

Dalam tahun-tahun pertama memulai tugas dakwahnya di Cirebon, Sunan Gunung Jati berperan sebagai guru agama yang menggantikan kedudukan Syekh Datuk Kahfi dengan mengambil tempat di Gunung Sembung. Setelah beberapa lama beradaptasi dengan masyarakat, ia mendapat sebutan atau gelar Syekh Maulana Jati yang sehari-harinya disebut Syekh Jati.

Masa Penyebaran Ilmu Sunan Syarif Hidayatullah

Merujuk kembali pada buku Sunan Gunung Jati: Sejarah Hidup dan Perjuangan Wali Tanah Jawa, saat pertama kali dalam menyebarkan ilmu agama Islam, Sunan Gunung Jati aktif bermusyawarah dengan sejumlah tokoh agama, seperti Syekh Nurruljati, serta memberikan pelajaran dan nasihat kepada Pangeran Kendal, Pangeran Kajoran, dan Pangeran Makdum. Ia juga berdiskusi dengan Syekh Ampel Denta mengenai berbagai ilmu agama.

Sunan Syarif Hidayatullah juga turut memberikan pelajaran kepada Syekh Nataullah di Nusakambangan dan melakukan dakwah di Madura, di mana ia memberi pelajaran kepada Pangeran Kejoran serta mengajak Raja Keling yang masih beragama Budha untuk memeluk Islam. Ia juga menyebarkan ajaran Islam di negeri Campa dan memberikan pelajaran kepada Sunan Kalijaga.

Seiring perjalanan dalam penyebaran agama, Sunan Syarif Hidayatullah ikut serta dalam menyelesaikan perselisihan ajaran antara Syekh Siti Jenar dan para wali lainnya. Sebagai pemimpin, beliau mengadakan sidang agama yang melibatkan para wali Songo untuk menyatukan ajaran-ajaran Islam yang berkembang di Tanah Jawa.

Sebagai seorang Sultan, selain memperluas penyebaran agama Islam, Sunan Syarif Hidayatullah juga melebarkan wilayah kekuasaannya, dengan menaklukkan wilayah Galau, Kuningan, dan Telaga.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads