Dampak kemarau ekstrem yang terjadi tiga bulan terakhir mulai dialami warga di kawasan pegunungan Tulungagung. Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) mencatat tujuh desa di empat kecamatan mengalami krisis air.
Kepala Pelaksana BPBD Tulungagung Robinson Nadeak, mengatakan tujuh desa yang mengalami krisis air adalah Desa Kalibatur, Winong, Banyu Urip dan Rejosari Kecamatan Kalidawir. Desa/Kecamatan Besuki, Desa Tenggarejo Kecamatan Tanggunggunung dan Desa Panggungguni Kecamatan Pucanglaban.
"Statusnya sudah darurat bencana, bahkan kami sudah memperpanjang status darurat beberapa kali," kata Robinson Nadeak, Rabu (18/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desa-desa yang terdampak tersebut rata-rata berada di kawasan pegunungan di wilayah selatan Tulungagung. Dari hasil asesmen BPBD, pasokan air dari sumber maupun sumur di lokasi yang terdampak kekeringan tersebut telah turun drastis, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
"Untuk daerah terdampak kami rutin berikan bantuan air bersih," jelasnya.
Menurutnya kekeringan ekstrem ini diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir bulan. Untuk itu pihaknya mulai mengkalkulasi kebutuhan anggaran, sehingga pasokan bantuan air bersih kepada warga terdampak tidak terganggu.
"Kami juga mengajukan bantuan ke BPBD Jatim dan BNPB, semoga kita dapat," jelasnya.
Robinson menambahkan saat, jika dibandingkan 2022 krisis air tahun lebih parah. "Tahun lalu, bulan Oktober hujan," jelasnya.
(abq/iwd)