Waspada Krisis Air Saat Musim Kemarau Tiba, BMKG Sarankan 2 Solusi Ini

ADVERTISEMENT

Waspada Krisis Air Saat Musim Kemarau Tiba, BMKG Sarankan 2 Solusi Ini

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Kamis, 08 Mei 2025 17:00 WIB
Sistem pemanenan air hujan
Rain Water Harvesting SMP Negeri 42 Semarang. Foto: (Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang)
Jakarta -

Musim kemarau di depan mata. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan data perubahan suku semakin tinggi.

Kemarau dan suhu yang makin tinggi membuat ancaman krisis air dan pangan. BMKG menyarankan dua solusi untuk mengantisipasinya.

"Kenaikan suhu rata-rata yang tercatat pada 2024 sebesar 27,52Β°C, dengan anomali suhu tahunan mencapai +0,81Β°C dibandingkan periode normal, menunjukkan adanya tren pemanasan global yang mengkhawatirkan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Rabu (7/5/2025) dalam rilis yang diterima dan ditulis, Kamis (8/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dwikorita memaparkan berdasarkan data yang dimiliki BMKG, suhu udara di Indonesia terus meningkat dengan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami suhu yang hampir selalu berada di atas persentil ke-95 sepanjang tahun. Tren ini, menurut Dwikorita, berpotensi memperburuk dampak perubahan iklim, yang akan semakin terlihat dalam bentuk cuaca ekstrem, baik berupa banjir maupun kekeringan.

"Masalah besar yang kita hadapi adalah ketimpangan antara pasokan air yang berlimpah saat musim hujan, namun langka ketika dibutuhkan di musim kemarau," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Restorasi Sungai dan Pemanenan Air Hujan

Untuk mengantisipasi pasokan air yang langka saat dibutuhkan di musim kemarau, Dwikorita menyarankan dua solusi utama yaitu restorasi sungai dan pemanenan air hujan. Kedua solusi ini, tambahnya, harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berbasis pada data ilmiah yang akurat.

"Restorasi sungai dapat memperbaiki ekosistem sungai yang rusak, yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas sungai untuk menampung dan mengalirkan air dengan lebih baik," tuturnya.

Dwikorita juga mengingatkan bahwa tanpa adanya upaya yang serius dan terencana dalam mengelola sumber daya air, dampak perubahan iklim akan semakin dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di wilayah-wilayah yang sudah mengalami kekurangan air bersih.

"Sementara, pemanenan air hujan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air, terutama di daerah-daerah yang rawan kekeringan. Dengan pemanenan air hujan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya air permukaan yang semakin terbatas akibat perubahan iklim," imbuhnya.

Ia menegaskan bahwa diperlukan strategi pengelolaan air yang lebih cerdas dan adaptif, yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Menurutnya, Gerakan Restorasi Sungai Indonesia dan Gerakan Pemanenan Air Hujan Indonesia adalah dua langkah konkret yang harus segera diterapkan untuk memastikan ketersediaan air di masa depan, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk mendukung ketahanan pangan.

Prediksi Musim Kemarau 2025

Sebelumnya BMKG memprediksi lebih dari setengah zona musim (ZOM) di Indonesia memasuki musim kemarau pada April-Juni 2025. Angkanya mencapai 403 ZOM atau 57,7% dari total ZOM di RI.

Puncak musim kemarau 2025 diprediksi terjadi pada Agustus pada sebagian besar ZOM di Tanah Air. Jelang puncaknya, berbagai wilayah di Indonesia mulai merasakan panas terik menjelang siang hingga sore hari. Sebagian daerah juga merasakan hujan ringan hingga lebat pada sore hingga malam hari.

Berdasarkan laporan Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia yang disusun BMKG, berikut prediksi lama kemarau tahun ini. Satu dasarian sama dengan 10 hari.

  • Sebagian Sumatera: 6 dasarian (2 bulan)
  • Sebagian besar Sumatera: 3-12 dasarian (1-4 bulan)
  • Sulawesi: 3-24 dasarian (1-8 bulan)
  • Sebagian Sulawesi: lebih dari 24 dasarian atau 8 bulan
  • Pulau Jawa: 10-21 dasarian atau 3-7 bulan
  • Kalimantan: 3-15 dasarian (1-5 bulan)
  • Bali, NTB, dan NTT: 13-24 dasarian (4-8 bulan)
  • Maluku: 3-9 dasarian (1-3 bulan)
  • Papua: 3-21 dasarian (1-7 bulan)



(nwk/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads