Sederet Fakta Baru Penyebab Dentuman Misterius Gegerkan Warga Sumenep

Denza Perdana - detikJatim
Minggu, 20 Agu 2023 13:19 WIB
Pusat dentuman misterius di Sumenep. (Foto: Akhmad Rahman/detikJatim)
Sumenep -

Hingga sekarang penyebab bunyi dentuman misterius disertai getaran dari dalam bumi di Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Sumenep belum terungkap. Tim ahli Geofisika Seismologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang belum mengambil kesimpulan.

Berikut ini sejumlah fakta yang dihimpun detikJatim usai Tim Ahli Geofisika ITN Malang mengambil sampling dengan metode ground penetrating radar (GPR) pada Sabtu (19/8/2023). Penelitian hasil survei itu masih berlangsung.

1. Survei Ulang untuk Mengungkap Penyebab Dentuman

Tim ahli Geofisika Seismologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang telah melanjutkan survei utnuk mengetahui penyebab dentuman misterius yang sempat menghebohkan warga Desa Moncek Tengah pada Sabtu (19/8).

Ketua LPPM ITN Malang Dr Ratri Andinisari menyatakan bahwa mereka membawa seperangkat alat GPR untuk meneliti penyebab dentuman yang sempat viral. Alat itu didatangkan dari Malang karena survei dengan metode geolistrik sebelumnya tidak memungkinkan dilakukan.

Pelaksanaan survei dilakukan Tim ITN Malang pada Sabtu siang mulai pukul 11.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB. Para ahli Geofisika itu didampingi Tim BPBD Kabupaten Sumenep, Plt Camat Lenteng Wawan, dan disaksikan sejumlah warga setempat.

2. Survei Dilakukan di 3 Lokasi Sumber Bunyi

Tim ITN Malang melakukan survei dengan menggunakan metode GPR kurang lebih selama 3 jam. Selama itu, tim melakukan pengambilan sampel untuk menguak bunyi misterius yang sempat membuat warga Desa Moncek Tengah, Lenteng Sumenep ketakutan.

Ratri mengatakan ada 3 lokasi pengambilan sampel dari pusat keluarnya bunyi yang menurut sejumlah warga setempat seperti orang sedang menggali sumur disertai getaran yang dirasakan hingga 5 rumah di desa setempat.

"Sampel pertama di lokasi kejadian di depan rumah, di dalam rumah, di ruang-ruang kosong di situ. Kemudian ada juga di depan rumah warga itu adalah area perbatasan di mana di situ menurut warga terasa ada getaran juga, kemudian untuk titik kontrolnya di sini (di lapangan), jadi nanti di dua titik itu akan kami bandingkan dengan titik kontrol yang ada di lapangan ini," kata Ratri, Sabtu (19/8/2023).

3. Hasil Survei dengan GPR yang Dicari Peneliti

Dr Ratri Andinisari mengatakan bahwa kegiatan survei dengan GPR itu berupaya untuk menangkap gambaran tentang penampang di bawah permukaan tanah di lokasi kejadian. Dugaan awal para peneliti berangkat dari keberadaan rongga di bawah tanah itu.

"Hasil yang didapat adalah penampang bawah permukaan tanah di lokasi kejadian. Kami harus mengolah data terlebih dahulu dan memadukan hasil survei itu dengan data yang dimiliki BMKG," kata Ratri.

Tim Geologi ITN berangkat dari asumsi awal berdasarkan data yang didapatkan. Menurut Ratri, bunyi itu disebabkan rontoknya batuan karst akibat massa jenis batuan yang berkurang di musim kemarau.

"Dugaan awal kami di sini batuannya, kan, karts. Terus sekarang kan musim kemarau dan di sini mengalami kekeringan sehingga massa jenis batuannya berkurang. Karena berkurang dia akan sangat mudah rontok. Tapi jangan bayangkan rontoknya kayak gua runtuh. Rontoknya kecil-kecil," paparnya.

Simak fakta lebih lengkap di halaman selanjutnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork