Hingga sekarang penyebab bunyi dentuman misterius disertai getaran dari dalam bumi di Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Sumenep belum terungkap. Tim ahli Geofisika Seismologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang belum mengambil kesimpulan.
Berikut ini sejumlah fakta yang dihimpun detikJatim usai Tim Ahli Geofisika ITN Malang mengambil sampling dengan metode ground penetrating radar (GPR) pada Sabtu (19/8/2023). Penelitian hasil survei itu masih berlangsung.
1. Survei Ulang untuk Mengungkap Penyebab Dentuman
Tim ahli Geofisika Seismologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang telah melanjutkan survei utnuk mengetahui penyebab dentuman misterius yang sempat menghebohkan warga Desa Moncek Tengah pada Sabtu (19/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua LPPM ITN Malang Dr Ratri Andinisari menyatakan bahwa mereka membawa seperangkat alat GPR untuk meneliti penyebab dentuman yang sempat viral. Alat itu didatangkan dari Malang karena survei dengan metode geolistrik sebelumnya tidak memungkinkan dilakukan.
Pelaksanaan survei dilakukan Tim ITN Malang pada Sabtu siang mulai pukul 11.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB. Para ahli Geofisika itu didampingi Tim BPBD Kabupaten Sumenep, Plt Camat Lenteng Wawan, dan disaksikan sejumlah warga setempat.
2. Survei Dilakukan di 3 Lokasi Sumber Bunyi
Tim ITN Malang melakukan survei dengan menggunakan metode GPR kurang lebih selama 3 jam. Selama itu, tim melakukan pengambilan sampel untuk menguak bunyi misterius yang sempat membuat warga Desa Moncek Tengah, Lenteng Sumenep ketakutan.
Ratri mengatakan ada 3 lokasi pengambilan sampel dari pusat keluarnya bunyi yang menurut sejumlah warga setempat seperti orang sedang menggali sumur disertai getaran yang dirasakan hingga 5 rumah di desa setempat.
"Sampel pertama di lokasi kejadian di depan rumah, di dalam rumah, di ruang-ruang kosong di situ. Kemudian ada juga di depan rumah warga itu adalah area perbatasan di mana di situ menurut warga terasa ada getaran juga, kemudian untuk titik kontrolnya di sini (di lapangan), jadi nanti di dua titik itu akan kami bandingkan dengan titik kontrol yang ada di lapangan ini," kata Ratri, Sabtu (19/8/2023).
3. Hasil Survei dengan GPR yang Dicari Peneliti
Dr Ratri Andinisari mengatakan bahwa kegiatan survei dengan GPR itu berupaya untuk menangkap gambaran tentang penampang di bawah permukaan tanah di lokasi kejadian. Dugaan awal para peneliti berangkat dari keberadaan rongga di bawah tanah itu.
"Hasil yang didapat adalah penampang bawah permukaan tanah di lokasi kejadian. Kami harus mengolah data terlebih dahulu dan memadukan hasil survei itu dengan data yang dimiliki BMKG," kata Ratri.
Tim Geologi ITN berangkat dari asumsi awal berdasarkan data yang didapatkan. Menurut Ratri, bunyi itu disebabkan rontoknya batuan karst akibat massa jenis batuan yang berkurang di musim kemarau.
"Dugaan awal kami di sini batuannya, kan, karts. Terus sekarang kan musim kemarau dan di sini mengalami kekeringan sehingga massa jenis batuannya berkurang. Karena berkurang dia akan sangat mudah rontok. Tapi jangan bayangkan rontoknya kayak gua runtuh. Rontoknya kecil-kecil," paparnya.
Simak fakta lebih lengkap di halaman selanjutnya.
4. Hasil Survei Keluar Seminggu Lagi
Selama sepekan ke depan Tim Ahli Geofisika ITN akan mengkaji hasil pengambilan sampel yang dilakukan hari ini. Hasil survei itu nantinya akan dipadukan dengan hasil survei lembaga lain terkait adanya bunyi dentuman misterius di Moncek Tengah Lenteng beberapa hari lalu.
"Paling lama satu minggu, tapi kalau hasil data bagus tidak terlalu banyak koreksi saya rasa dua hari saja cukup," terang Ratri.
Hanya saja, Ratri menyatakan bahwa hasil survei yang dia lakukan bersama Tim ITN Malang di lokasi terdengarnya bunyi misterius itu tidak bisa dikatakan hasil final. Dia menegaskan bahwa hasil kesimpulan ITN Malang nanti perlu diteliti lebih lanjut oleh pihak lainnya.
5. Perlu Adanya Studi Lanjutan
Tim ITN Malang berupaya menangkap penampang bawah tanah di lokasi sumber bunyi misterius untuk mencari penyebab sumber dentuman disertai getaran yang harmonik dan sempat membuat warga khawatir hingga sempat diungsikan BPBD Sumenep.
Sampel yang diambil Tim ITN berupa pantulan gelombang radio dari titik pusat bunyi misterius dan sekitarnya. Namun menurut Ratri perlu ada kajian studi lanjutan oleh lembaga-lembaga penelitian yang lain.
"Jadi untuk memastikan sumber bunyi itu perlu ada studi lanjutan yang bukan hanya dari kami tapi juga dari badan-badan lain, kemarin kan ada BMKG yang menggunakan metode mikroseismik," tandas Ratri.
6. Warga Sudah Kembali ke Rumah
Aktivitas warga kembali normal setelah garis polisi yang sebelumnya terpasang di sekitar lokasi sudah dibuka sejak Selasa (15/8). Masyarakat bisa kembali berlalu lalang di jalan yang sebelumnya sempat ditutup dan mereka yang mengungsi kembali ke rumah.
Bangunan toko yang sempat digaris polisi dan penghuninya sempat mengungsi juga sudah beraktivitas kembali. Kecemasan warga pun berangsur-angsur hilang setelah tidak lagi terdengar bunyi ketukan itu setelah beberapa hari.
"Karena hasil dari observasi awal yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa sementara masih aman untuk masyarakat beraktivitas normal," papar Plt Camat Lenteng, Wawan saat ditemui detikJatim pada Selasa (15/8/2023).