Penghuni sebuah rumah kos di kawasan Rungkut, Surabaya malam itu tiba-tiba gempar. Para penghuni kos berhamburan keluar dari kamar masing-masing seiring suara 'dug, dug, dug' disertai getaran yang cukup keras. Mereka segera berhamburan menyelamatkan diri dari gempa.
Lina (22), salah satu penghuni kos menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi 2 tahun lalu. Saat itu dia ingat betul dirinya langsung panik begitu suara kencang dan getaran itu terdengar dan terasa kencang.
"Saya saat itu langsung keluar, panik saya kira gempa karena cukup terasa getarannya," ujar Lina kepada detikJatim, Selasa (28/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya Lina, sejumlah penghuni lain turut keluar dari kamar kos masing-masing. Bahkan mereka sempat menggedor sejumlah pintu kamar yang belum terbuka agar penghuninya segera menyelamatkan diri.
"Saat itu ada yang ngarahin 'ayo-ayo keluar dulu, gempa, gempa!' Jadi pada keluar kamar," lanjut Lina.
Para penghuni kos itu kemudian berkumpul di luar bangunan. Namun mereka bingung karena warga sekitar tidak ada yang keluar dari rumah. Suasana sekitar masih adem ayem, sedangkan suara misterius dan getaran itu masih bisa terasa dari dalam kos mereka.
"Akhirnya waktu itu salah satu penghuni kos ada yang masuk lagi ke dalam, ngecek, ternyata sumber getaran itu ada di dalam," ujar Lina.
Sumber getaran itu adalah mesin cuci butut yang sudah bertahun-tahun menemani Nur, pemilik kos untuk mencuci baju. Para penghuni kos jadi ingat menurut cerita mesin cuci itu memang sudah lama rewel.
Kakinya miring, bautnya longgar, tapi masih tetap digunakan karena ibu kos mereka enggan mengganti dengan mesin cuci baru. Hanya saja, getaran dan suara dari mesin cuci malam itu memang luar biasa dan berbeda dibandingkan sebelumnya.
"Kenceng banget suaranya. Biasanya walaupun dipakai nyuci sepertinya nggak kayak gitu. Mungkin sudah semakin butut dan waktunya pensiun ya mesin cucinya," ungkap Lina.
Saat itu, Nur sendiri tengah berada di luar kos-kosan untuk berbelanja. Ia sengaja membiarkan mesin cucinya bekerja sebab menurutnya mesin itu masih bisa melakukan pekerjaan dengan otomatis sehingga aman jika ditinggal.
Setelah kehebohan itu, penghuni kos pun berinisiatif mematikan mesin cuci. Mereka kemudian menghubungi Nur dan menceritakan mengenai kondisi yang sempat membuat gempar.
"Kita telpon Bu Nur, bilang kalau mesin cucinya kita matikan dulu, demi keamanan dan kenyamanan pastinya," beber Lina.
Setibanya Nur di rumah, Lina dan teman-temannya langsung meminta agar Nur mengganti mesin cucinya dengan yang baru. Beruntung Nur mau mendengarkan keluhan warga kosnya.
"Itu benar-benar waktunya pensiun mesin cucinya, kalau dipaksa, bisa-bisa getarannya bukan lagi satu kos, tapi satu kampung," pungkas Lina.
(dpe/abq)











































