Mengintip Keseharian Penghuni Perumahan Inklusif di Trenggalek

Mengintip Keseharian Penghuni Perumahan Inklusif di Trenggalek

Adhar Muttaqin - detikJatim
Minggu, 16 Jul 2023 19:41 WIB
Suara teriakan sayur, sayur disertai bunyi klakson sepeda motor, memecah keheningan pagi di perumahan inklusif di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek. Tak berselang lama, sejumlah penghuni mengerumuni pedagang sayur itu.
Pedagang sayur di perumahan inklusif Trenggalek/Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim
Trenggalek -

Suara teriakan 'sayur, sayur' disertai bunyi klakson sepeda motor, memecah keheningan pagi di perumahan inklusif di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek. Tak berselang lama, sejumlah penghuni mengerumuni pedagang sayur itu.

Memanfaatkan satu tangannya yang tak sempurna, Cak Met mencoba berjalan. Ia mengayunkan tubuh tanpa kaki itu mendekati pedagang sayur.

"Jamune wonten? (jamunya ada?)," tanya Cak Met dengan ramah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Tian, penyandang tunarungu mencoba komunikasi dengan pedagang sayur menggunakan bahasa isyarat.

Suasana seperti ini menjadi pemandangan sehari-hari di perumahan inklusif Desa Prambon. Perumahan yang diinisiasi Yayasan Naema ini dihuni sejumlah penyandang disabilitas. Mulai dari tunarungu, tunanetra, tunadaksa hingga tuna grahita.

ADVERTISEMENT

Konsep perumahan tersebut berbeda dengan komplek perumahan pada umumnya, yang lebih bersifat eksklusif. Kawasan disabilitas justru dibuat secara terbuka dan inklusif dengan perkampungan di sekitarnya.

Suara teriakan 'sayur, sayur' disertai bunyi klakson sepeda motor, memecah keheningan pagi di perumahan inklusif di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek. Tak berselang lama, sejumlah penghuni mengerumuni pedagang sayur itu.Penghuni perumahan inklusif di Trenggalek/Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

Jalan didesain ramah untuk mobilitas para difabel. Guiding block atau penunjuk jalan bagi tunanetra terpasang mulai dari pintu masuk perumahan hingga perkampungan sekitar. Tak hanya itu, akses jalan juga ramah untuk jalur kursi roda.

Rumah milik warga difabel tersebut juga difungsikan sebagai tempat usaha. Mulai dari menjahit, salon, pedagang sembako, hingga persewaan sound system.

Salah seorang penghuni perumahan inklusif, Mustofa mengaku telah tiga tahun tinggal di sini. Ia sengaja membeli rumah tersebut dengan cara kredit untuk menjalani kehidupan lebih baik.

"Dulu, saat mendengar ada pembangunan perumahan ini saya langsung daftar. Meskipun tunanetra ya ingin seperti mereka (warga biasa) memiliki rumah sendiri," kata Mustofa.

Menurutnya, selama ini kepemilikan rumah bagi penyandang disabilitas sulit diwujudkan jika melalui jalur KPR. Namun dengan program dari yayasan, pihaknya bisa lebih mudah dalam membeli rumah.

"Angsurannya semampu kami, minimal Rp 500 ribu," ujarnya.

Suara teriakan 'sayur, sayur' disertai bunyi klakson sepeda motor, memecah keheningan pagi di perumahan inklusif di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek. Tak berselang lama, sejumlah penghuni mengerumuni pedagang sayur itu.Penghuni perumahan inklusif di Trenggalek/ Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

Tinggal di perumahan inklusif menjadi kebanggaan terdiri bagi Mustofa. Sebab meskipun memiliki keterbatasan fisik, ia bisa berbaur dengan masyarakat umum tanpa ada diskriminasi.

"Alhamdulillah respons warga terhadap disabilitas juga cukup bagus," imbuhnya.

Bahkan saat dalam kegiatan bermasyarakat, para penyandang disabilitas juga ikut dilibatkan secara langsung.

Saat ini Mustofa tinggal bersama istrinya yang juga tunanetra. Kehidupan disabilitas ini tak ada bedanya dengan masyarakat pada umumnya. Setiap hari ia juga beraktivitas untuk mengais rezeki.

"Istri saya tunanetra juga, low vision. Keseharian saya ya mijat, saya juga pemain organ tunggal, kalau istri nyanyi. Ada juga usaha lain penyewaan sound system kecil-kecilan," jelasnya.

Seperti halnya Mustofa, penghuni lain, Slamet juga memiliki cerita tersendiri. Penyandang cerebral palsy ini harus beraktivitas menggunakan kursi roda. Gerak tubuhnya pun sangat terbatas.

Meski demikian ia mampu hidup secara mandiri di rumah inklusif. Di rumah sederhana tersebut, Slamet memiliki usaha warung kelontong, yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari.

"Saya jual macam-macam, seperti sabun, gas elpiji, air galon dan kebutuhan lainnya. Alhamdulillah bisa untuk penghasilan," kata Slamet.

Desain rumah milik Slamet berbeda dengan difabel lain, karena harus menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya. Dapur yang dimiliki didesain dengan ukuran pendek, seperti halnya dengan tempat tidur.

"Alhamdulillah enggak kesulitan, bisa mandiri," jelasnya.

Suara teriakan 'sayur, sayur' disertai bunyi klakson sepeda motor, memecah keheningan pagi di perumahan inklusif di Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek. Tak berselang lama, sejumlah penghuni mengerumuni pedagang sayur itu.Penghuni perumahan inklusif di Trenggalek/ Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

Sementara penggagas perumahan inklusif, Taryaningsih mengatakan kawasan tersebut memiliki 20 rumah. Konsep perumahan adalah tempat tinggal sekaligus menjadi tempat usaha.

"Semua punya usaha masing-masing, menjahit, salon, pemain musik, toko kelontong, ada juga percetakan. Nah yang percetakan ini, karena dia cerebral palsy, sehingga kalau mendesain pakai stik gim, bukan mouse," kata Taryaningsih.

Menurutnya, tujuan mendirikan perumahan inklusif adalah menjadikan difabel mandiri dan memiliki hunian pribadi. Selain itu menjadikan kawasan tersebut benar-benar inklusif dan berbaur dengan masyarakat umum.

"Kami ingin difabel ini hidup berdampingan dengan masyarakat tanpa ada diskriminasi," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kemendikdasmen Beri Penghargaan ke Guru yang Dikatapel hingga Buta"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)


Hide Ads