Ngalam Mbois: Arek Malang Koleksi Ratusan Radio Kuno dari Berbagai Negara

Ngalam Mbois: Arek Malang Koleksi Ratusan Radio Kuno dari Berbagai Negara

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Senin, 06 Feb 2023 13:16 WIB
Ngalam mbois kolektor radio kuno
Muhammad Rizky Fatchurozy, arek Malang kolektor radio kuno dari berbagai negara. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Muhammad Rizky Fatchurozy (25), pria asal Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang ini mengoleksi ratusan radio kuno. Beragam jenis radio tahun 1900-an terkumpul di galeri rumahnya Jalan Ir Rais Gang 14.

Pria yang akrab disapa Ozy itu mengatakan hobi mengoleksi barang kuno itu telah ditularkan secara turun temurun dari ayahnya Muhammad Cholil. Ketertarikan utama keluarganya ada pada radio dan alat pemutar musik kuno.

"Ayah saya sejak kuliah sekitar tahun 1996-an sudah menggeluti dunia radio kuno. Ia mengumpulkan dan belajar tentang seluk-beluk radio kuno. Koleksinya dulu sampai ada ratusan biji," ujar Ozy kepada detikJatim, Senin (6/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beragam radio kuno dan alat pemutar musik seperti ponograph hingga gramofon tertata rapi di galerinya. Ratusan koleksinya produksi tahun 1944 -1978 buatan sejumlah negara seperti Perancis, Jerman, Amerika, hingga Indonesia.

Tak mudah bagi Ozy untuk mengumpulkan koleksi antik itu. Tapi, berkat keuletannya mencari secara teliti hingga ke berbagai daerah dan luar negeri akhirnya dia mampu memiliki koleksi benda-benda tersebut.

ADVERTISEMENT

Berawal dari mengumpulkan koleksi itu, kemudian radio kuno yang ada di galeri mulai diperjualbelikan. Banyak kolektor dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara yang melirik koleksi radio kunonya.

"Peminatnya dulu banyak saat ayah jualan. Bahkan konsumen dari Malaysia, Singapura, dan Bahrain. Koleksinya dulu memang di-posting di Facebook, makannya ada konsumen dari luar negeri juga. Bahkan seperti konsumen dari Malaysia itu sampai ke sini," kata dia.

Ngalam mbois kolektor radio kunoMuhammad Rizky Fatchurozy, arek Malang kolektor radio kuno dari berbagai negara. Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim

Ozy menyampaikan, merawat barang-barang kuno itu terbilang gampang-gampang sulit. Untuk kendala yang dihadapi adalah sulitnya mencari suku cadang dan tempat perbaikan radio maupun alat musik kuno.

"Jadi untuk perawatan sih nggak sulit karena cuman perlu dibersihkan rutin dan dihidupkan 1 bulan sekali. Cuman kalau sekarang susahnya cari tukang servis, karena mulai jarang ada. Selain itu, suku cadang juga sama sulit dicari," tuturnya.

Kendala itu bukan menjadi halangan bagi Ozy. Dia tetap berusaha untuk melanjutkan hobi ayahnya dalam mengoleksi radio maupun alat pemutar musik kuno itu.

"Tetap diupayakan perawatan berjalan dengan baik. Sampai sekarang saya juga masih ikut-ikut lelang via online di luar negeri untuk menambah koleksi radio maupun alat pemutar musik," ucap dia.

"Senangnya juga ada mahasiswa UM atau siswa SMK Telkom itu rutin tiap tahun itu datang ramai-ramai ke rumah. Entah itu cuman ingin edukasi atau sewa untuk peraga di kampus atau sekolahnya," imbuhnya.

Selama menekuni barang-barang kuno ini, tak dimungkiri bahwa Ozy banyak belajar dari sang ayah. Bahkan kini ia pun tak kesulitan untuk membedakan antara radio yang asli maupun palsu.

"Semoga bisa semakin banyak dan beragam koleksi radio dan alat pemutar musik di rumah ini," tandasnya.

Pria yang bekerja di perusahaan swasta itu sempat menunjukkan beberapa koleksinya seperti radio tabung merek Telefunken tahun 1944, Radio Philips Kompas, dan masih banyak lagi.




(dpe/dte)


Hide Ads