Wali Kota Malang Sutiaji menanggapi sorotan warga soal tata ruang dan infrastruktur yang dinilai semrawut dan amburadul. Ia mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada tata ruang maupun infrastruktur di Kota Malang yang semrawut.
"Itu bukan semrawut. Kalau untuk kloset MCC (Malang Creative Center) itu memang nggak masuk anggaran dan itu nggak tertutup. Jadi kloset (MCC) itu di RAB nggak masuk, karena untuk hotel kapsul," ujar Sutiaji kepada detikJatim, Kamis (19/1/2023).
![]() |
Pria nomor satu di Kota Malang itu juga menambahkan terkait tiang listrik berjajar yang menghalangi akses pejalan kaki yang akan melintas zebra cross di kawasan perempatan Rajabali dia sebut sudah disiapkan untuk penataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tiang ini kan dulu sudah kami rencanakan (dimasukkan ke dalam bawah tanah), cuman ada dari PLN itu minta sekitar Rp 10 miliar, dan kami masih negosiasi. Kalau untuk tiang-tiang ini, kan, penataan bukan di kami. Nah ini nanti kami tata dengan rapi," kata Sutiaji.
Sedangkan untuk rencana pemberlakuan satu arah di Kawasan Kayutangan Heritage yang ditolak warga, Sutiaji mengatakan dalam waktu dekat ini masih akan melakukan uji coba dulu. Dari hasil uji coba itu baru akan diketahui kebijakan satu arah sesuai atau tidak untuk mengurai kemacetan.
"Namanya uji coba, ini belum ketetapan. Bahasanya kan uji coba. Kalau nggak uji coba dari mana kita tahu (hasilnya)? Pemerintah ini ingin mengurai itu (kemacetan). Kami juga sedang sosialisasi sekarang kepada masyarakat," terangnya.
![]() |
Sementara untuk kotak telepon Inggris di Kayutangan Heritage yang turut dicibir warga, kata Sutiaji hal itu adalah miniatur yang digunakan untuk mengingatkan bahwa di Kayutangan dulu juga memiliki telepon umum.
"Itu hanya untuk mengenang saja kalau di sini ada telepon. Mungkin kalau kurang (tidak sesuai) ya dibenahi. Itu spontanitas (pengadaan kotak telepon) dari teman-teman DPUPRPKP," katanya.
Kepala DPUPRPKP Kota Malang Dandung Djulharjanto menambahkan untuk kotak telepon Inggris sendiri dipilih karena dinilai lebih artistik dibandingkan dengan kotak telepon yang dulu pernah ada di Malang. Hal itu yang menjadi alasan kotak telepon asal Inggris itu dipasang.
"Jadi kalau telepon boks itu berpikir artistiknya. Kalau yang biru (kotak telepon yang pernah ada di Malang) menurut saya kurang menarik. Sebenarnya ini (kotak telepon) untuk menambah daya tarik (Kayutangan Heritage)" imbuhnya.
![]() |
Ia juga menyampaikan bahwa ketika banyak warga yang melihat infrastruktur atau tata ruang yang tidak sesuai dengan harapan mereka itu tidak masalah. Sebab Pemkot Malang sendiri tidak bisa menuruti keinginan setiap individu atau perorangan.
"Saat ada yang tidak setuju saya berterima kasih, tapi kami berpikir itu untuk masyarakat luas. Ketika keberadaan (infrastruktur atau tata ruang) mengganggu akses jalan atau aktivitas warga baru menjadi masalah. Saat itu tidak mengganggu aktivitas masyarakat ya tidak masalah," katanya.
(dpe/iwd)