Ikhlas dan Tulusnya Pasutri di Jember Rawat Ratusan ODGJ Selama 37 Tahun

Ikhlas dan Tulusnya Pasutri di Jember Rawat Ratusan ODGJ Selama 37 Tahun

Yakub Mulyono - detikJatim
Selasa, 27 Sep 2022 06:05 WIB
Suasana di rumah sekaligus Yayasan Nurul Islamiyah tempat pasutri Jember merawat ratusan ODGJ.
Suasana di rumah sekaligus Yayasan Nurul Islamiyah tempat pasutri Jember merawat ratusan ODGJ. (Foto: Yakub Mulyono/detikJatim)
Jember -

Sarifuddin (65) dan Fatimah (58) pasangan suami istri (pasutri) warga Dusun Sumber Jeding, Desa Seputih, Mayang, Jember merawat ratusan ODGJ sejak 1985. Apa yang membuat pasutri itu dengan ikhlas dan tulus merawat 37 tahun dengan tulus mereka menganggap ODGJ itu seperti keluarga?

Tidak hanya Sarifuddin, Fatimah istrinya turut aktif membantu proses perawatan para ODGJ di rumah mereka. Dengan telaten ia turut serta merawat mereka dan turut serta merasakan suka dukanya.

"Dalam merawat ODGJ intinya harus telaten. Saya membantu Abah (Sarifuddin) karena kasihan sama mereka (para ODGJ). Bagaimana pun mereka manusia, dan sesama manusia kan saling tolong menolong dan memberikan perhatian," ujar perempuan yang juga akrab dipanggil Bu Nyai Fatimah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia sampaikan suka duka dalam merawat para ODGJ. Mulai dari pemulihan kesadaran dan bagaimana para ODGJ itu mendapatkan kembali kodratnya sebagai seorang manusia normal.

"Mereka telanjang di tengah jalan, marah-marah atau pun ngomel sendiri. Ya kami harus telaten merawat dan mendengarkan. Mereka sama-sama manusia seperti kita, tapi hilang jati dirinya. Jadi kembali diingatkan siapa Tuhannya, dan apa yang seharusnya dilakukan. Sehingga yang sakit bisa sembuh," paparnya.

ADVERTISEMENT

Pasangan Sarifuddin dan Fatimah itu mengaku gembira bila ada ODGJ yang sembuh, pulang ke rumah dan kembali kepada keluarganya. Tapi tidak jarang dari mereka yang sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya tapi keluarganya menolak mereka.

"Ada yang kembali normal dan berkeluarga. Ada juga yang masih di sini (tempat perawatan Yayasan Nurul Islamiya). Untuk yang tetap di sini dan sembuh, ya membantu memasak dan merawat yang masih sakit. Jadi disadarkan untuk dapat saling tolong menolong," tuturnya.

Ketulusan pasutri itu dalam menyembuhkan ODGJ mendapat perhatian dari berbagai pihak. Baik dari masyarakat maupun dari dari pemerintah. Mereka turut membantu memberikan pelbagai bantuan.

"Terkadang dari Dinsos Jember datang memberi bantuan beras atau sembako, juga ada yang bantu seperti Dispenduk soal data. Sehingga bisa dapat bantuan saat perawatan kesehatan di rumah sakit. Juga terkadang dari donatur," ucap Fatimah.

Fatimah menyebutkan bahwa tidak ada keluhan dari tetangga atau warga sekitar rumah yang sekaligus menjadi Yayasan Nurul Islamiyah tersebut. Apalagi di lingkungan itu sebagian besar merupakan kerabat.

"Alhamdulillah tidak ada keluhan dari tetangga atau warga. Karena kebanyakan lingkungan sini masih saudara. Mereka paham. Selain itu ada kejadian lucu, pasien itu ada yang pergi ke warung (toko peracangan) dekat pondok ini. Beli rokok ngutang, ya sudah saya bayar. Tapi saya bilang, besok-besok jangan dikasih rokok karena pantangan saat perawatan. Dikasih kue saja atau jajanan lain," ujarnya.

Tampung ODGJ dari berbagai daerah dengan berbagai permasalahan, termasuk gagal jadi pejabat. Baca di halaman selanjutnya.

Tidak hanya dari Jember, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang dirawat Sarifuddin (65) dan Fatimah (58) berasal dari berbagai daerah. Usianya pun beragam, dari muda sampai yang sudah tua.

Pasutri yang karib disapa Kiai Sarifuddin dan Bu Nyai Fatimah itu telah merawat 200 ODGJ sejak 1985. Selama 37 tahun mereka merawat ODGJ yang datang dan pergi silih berganti karena cukup banyak yang telah sembuh usai menjalani perawatan di Yayasan Nurul Islamiyah.

"Ada dari Jakarta, Yogyakarta, Solo, Madura. Ada juga dari Kalimantan, Sumatera. Jadi ada yang oleh keluarganya diserahkan ke sini karena tidak mampu merawat," ujar Sarifuddin.

Tak hanya jadi jujugan keluarga yang kesulitan merawat, ada juga salah satu santri (demikian pasutri itu menganggap para ODGJ) yang sempat jadi pasien rumah sakit jiwa tapi tak kunjung sembuh.

"Ada juga yang sudah kurang lebih 7 tahun dirawat di (RSJ) Lawang (Malang). Tidak sembuh dibawa ke sini. Alhamdulillah sembuh dan pulang ke keluarganya lagi," sambung Istri Sarifuddin, Fatimah.

Tidak hanya mereka pasien ODGJ yang sudah lanjut usia, Sarifuddin dan Fatimah juga merawat ODGJ dari berbagai golongan umur. Dari yang remaja hingga yang sudah tua.

"Ada yang masih muda banget, kira-kira umur 20 tahunan. Ada juga yang tua di atas 50 tahun," sebut Fatimah.

Fatimah juga menambahkan, untuk saat ini kurang lebih ada 60-an ODGJ yang masih menjalani perawatan. Tapi dia tidak hafal secara rinci berapa yang laki-laki berapa yang perempuan.

"Untuk rincinya perempuan berapa, laki berapa, maaf saya lupa hitung. Tapi kurang lebih 60-an. Karena kan dirawat dan sembuh jadi pasien keluar masuk. Gantian. Kalau total keseluruhan yang dirawat dari tahun 1985, lebih dari 200 pasien," ucapnya.

Sarifuddin menambahkan permasalahan yang mengakibatkan pasiennya menjadi ODGJ sebenarnya bermacam-macam. Tapi sebagian besar karena masalah keluarga.

"Kebanyakan persoalan keluarga atau rumah tangga. Ditinggal mati suami atau istrinya, diselingkuhi. Ada karena nyalon pejabat gagal. Kemudian untuk yang pasien muda, karena cita-cita gak tercapai. Misal ingin jadi polisi gagal, atau masuk kuliah di perguruan tinggi gak kesampaian. Bahkan sampai ke persoalan gemar minum miras (minuman keras). Ataupun juga karena putus cinta. Macam-macam pokoknya," sebutnya.

Suka duka merawat ODGJ selama 35 tahun. Ada yang sudah sembuh tapi ditolak keluarga. Baca di halaman selanjutnya.

Sarifuddin dan Fatimah dengan tulus merawat ratusan ODGJ itu selama 37 tahun. Hingga kini mereka masih swadaya membiayai perawatan itu dengan menyisihkan hasil bertani. Selama itu pula mereka lewati suka duka merawat ODGJ.

"Dengan pendekatan agama dan ketelatenan Alhamdulillah banyak yang sembuh. Ada yang sudah pulang ke rumahnya sendiri. Ada yang akhirnya berkeluarga," ujar Sarifuddin sembari mengaku bangga.

Namun, seperti diceritakan Fatimah istrinya, ada juga ODGJ yang sudah sembuh saat dipulangan keluarganya enggan menerima. Sehingga mereka yang telah sembuh kembali ke rumahnya membantu merawat ODGJ yang belum sembuh.

"Ada juga yang tidak pulang karena ditolak keluarganya, atau sudah tidak punya saudara. Akhirnya tinggal di pondok ikut merawat saudara-saudaranya yang masih perlu perawatan dan perhatian," ujar Fatimah.

Telah merawat hingga 200-an ODGJ, kini di rumahnya masih ada kurang lebih 60 ODGJ yang masih dirawat. Di Yayasan Nurul Islamiyah itulah para ODGJ tinggal dalam sebuah kamar berukuran 2 x 3 meter.

Para ODGJ itu tidur beralaskan kasur busa dan ada lemari sebagai tempat menyimpan pakaian. Tak ada kaca di semua ruang kamar dan lokasi para ODGJ beraktifitas. Tujuannya untuk menjaga agar para ODGJ tidak melukai diri sendiri.

Halaman 2 dari 3
(dpe/iwd)


Hide Ads