Pemerintah Kabupaten Bojonegoro akan 'bancakan' mobil siaga. Di tengah kenaikan harga BBM, Pemkab Bojonegoro justru menganggarkan pengadaan mobil siaga di tiap desa. Rencananya, ada 419 mobil yang disebar di 419 desa di Bojonegoro.
Hal ini tentu saja memakan anggaran yang tak sedikit. Apalagi, jika program ini sudah terealisasi, ongkos untuk perawatan mobil dan operasional akan bertambah.
Pengadaan mobil siaga ini dibahas saat Rapat Koordinasi Bantuan Keuangan yang Bersifat Khusus Bagi Desa. Rapat digelar di Pendopo Malowopati Bojonegoro pada Kamis (25/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rapat ini dihadiri Bupati Bojonegoro Anna Mu'awanah, para kades hingga forkopimda dan stakeholder terkait. Anna menjelaskan, program mobil siaga ini berawal dari keluh kesah beberapa kepala desa di wilayahnya. Para kades ini sambat hanya memiliki satu mobil pribadi yang kerap digunakan membantu warga yang sedang sakit. Ini tentu saja tak memadai.
Keluhan para kades ini akhirnya ditampung Anna. Ia pun merancang program bantuan keuangan desa yang disalurkan lewat Mobil Siaga Desa.
"Rencana ada mobil siaga 419 desa. Kami akan buat juknis dari landasan peraturan di mana selanjutnya BKD yang akan sosialisasi bagaimana mekanismenya," jelas Anna saat rapat.
Anggaran Mobil Siaga Desa ini juga telah masuk ke rekening desa dan diharapkan bisa dikelola langsung oleh bendahara desa. Anna menyebut, pihaknya sudah menyiapkan desain mobil siaga dengan logo pemkab. Harapannya, mobil ini bisa digunakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Anna juga ingin dimana pun mobil siaga ini berkeliling dan menjumpai warga yang membutuhkan bantuan, bisa dilayani tanpa melihat indentitas warga tersebut.
"Akan ditempel logo Pemkab Bojonegoro di samping kanan, kiri dan belakang mobil," imbuh Anna.
Pengadaan mobil siaga ini menuai sejumlah respons dari kepala desa. Ada yang mengaku setuju, namun ada yang berpendapat lain.
Misalnya saja, Kepala Desa Kepohkidul, Bojonegoro, Samudi. Ia mengaku tak bisa banyak berkomentar soal pemberian mobil siaga ini. Karena, ia belum melihat urgensi pengadaan mobil tersebut.
"Dibilang urgent atau belum tentu, saya tidak bisa menjawab dengan tepat. akan tetapi harus diakui bahwa keberadaan mobil sehat semacam itu tentu akan sangat membantu untuk desa-desa yang di pinggiran, terutama desa-desa yang jauh dari pusat kesehatan." tutur Samudi kepada detikjatim, Kamis (8/9/2022).
Samudi justru terpikir biaya tambahan yang harus dikeluarkan desa dalam merawat hingga biaya operasional mobil tersebut.
"Seperti kita tahu bahwa kebijakan pemerintah pusat saat ini adalah mengharuskan desa menggunakan dana desa untuk menekan inflasi baik akibat dari adanya pandemi maupun dampak dari kenaikan BBM," imbuh Samudi.
Selain itu, Samudi menegaskan, yang mungkin juga perlu diperhatikan adalah biaya pengadaan barang dalam mobil siaga ini terhitung sangat besar. Yaitu antara Rp 250 juta sampai Rp 300 juta per desa.
"Ini adalah dana yang luar biasa besarnya. Tentu bila tidak diatur dengan baik serta pengawasan yang memadai, akan sangat rawan terjadi mark up maupun kongkalikong dengan penyedia barang," kata Samudi khawatir.
(hil/dte)