Saat Para Tunanetra Sinau Sejarah di Makam Peneleh Surabaya

Saat Para Tunanetra Sinau Sejarah di Makam Peneleh Surabaya

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Minggu, 29 Mei 2022 23:19 WIB
makam peneleh
Belasan penyandang tunanetra belajar sejarah di Makam Peneleh (Foto: Praditya Fauzi Rahman)
Surabaya -

Surabaya merupakan daerah yang memiliki segudang tempat bersejarah. Salah satunya adalah Makam Belanda Peneleh yang terletak di Kecamatan Genteng, Surabaya.

Pada Minggu (29/5/2022) sore hingga petang, sejumlah penyandang tunanetra menyambangi makam yang kental nuansa kolonial itu. Di sana, mereka berupaya maksimal untuk sinau sejarah kendati memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan.

Koordinator Surabaya Urban Track (Subtrack) Toufan Hidayat mengatakan kegiatan yang digagas bersama Komunitas Mata Hati itu bertujuan untuk mengajak wisata sejarah dengan cara yang berbeda. Mengingat, para peserta adalah para penyandang tunanetra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka dari itu, dalam mengedukasi peserta, diperlukan keahlian ekstra yang lebih dari sekadar menerangkan saja. "Teman-teman ini meski tidak bisa melihat dan mungkin jenuh di hunian masing-masing, tapi minat mereka terhadap situs bersejarah sangat tinggi," kata Toufan kepada detikJatim.

Kendati sempat kebingungan saat awal merancang kegiatan, ia mengaku sangat mengapresiasi antusiasme peserta. Sebab, keinginannya untuk mempelajari sejarah secara langsung melebihi orang normal pada umumnya.

ADVERTISEMENT

"Awalnya saya juga bingung, nanti bagaimana caranya, tapi mereka bilang jelaskan saja sejarahnya, saya bilang ya monggo, tapi saya juga heran, awalnya bilang mereka minat sedangkan teman-teman ini kan tidak bisa melihat," ujarnya.

Selama kegiatan, para peserta mendengarkan cerita sejarah masing-masing objek atau tempat secara runtut. Namun, para peserta meraba secara detil objek yang dijelaskan oleh Toufan dan komunitas pecinta sejarah Soerabaia bernama Begandring itu.

"Katanya tidak apa-apa, nanti diarahkan dan dikisahkan langsung ke lokasi, peserta mendengarkan cerita sambil meraba," tuturnya.

Dalam kegiatan yang diikuti 14 orang itu, para peserta melakukan 'Bedah Makam' satu persatu. Sembari meraba dan merasakan aura sekitar, para peserta dijelaskan tentang asal muasal atau kisah semasa hidup siapa saja pemilik nisan yang diraba.

"Kami menarasikan saja sambil mereka meraba, meski punya kekurangan, justru mereka memiliki dan merasakan aura dan hal-hal mistis yang tidak bisa dirasakan orang normal, entah karena kekurangannya membuat mereka lebih peka atau sensitif terhadap sekitar atau bagaimana," tutupnya.




(iwd/iwd)


Hide Ads