Sejarah Masjid Jami Peneleh, Peninggalan Sunan Ampel yang Sarat Makna

Sejarah Masjid Jami Peneleh, Peninggalan Sunan Ampel yang Sarat Makna

Katherine Yovita - detikJatim
Jumat, 28 Mar 2025 03:00 WIB
Menengok Aktivitas Masjid Jami Peneleh Saat Ramdan
Masjid Jami Peneleh Saat Ramdan. Foto: Rifki
Surabaya -

Masjid Jami Peneleh merupakan salah satu masjid tertua di Surabaya yang diyakini sebagai peninggalan Sunan Ampel, salah satu anggota Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Masjid bersejarah ini berlokasi di Jalan Peneleh V Nomor 41, Kecamatan Genteng, Surabaya, dan menjadi saksi perkembangan Islam serta perjuangan bangsa Indonesia.

Konon, Masjid Jami Peneleh sudah berdiri lebih dulu dibandingkan masjid-masjid lain yang didirikan oleh Sunan Ampel, seperti Masjid Ampel dan Masjid Rahmat Kembang Kuning. Awalnya, masjid ini hanya berupa surau atau langgar sederhana yang dibangun di atas lahan seluas 950 meter persegi.

Pada abad ke-18, surau ini mengalami pemugaran dan berubah menjadi masjid dengan bangunan yang lebih kokoh serta arsitektur khas. Sejak saat itu, masjid ini dikenal sebagai Masjid Jami Peneleh, yang masih mempertahankan nuansa klasik hingga sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman resmi Disperpusip Provinsi Jawa Timur, Masjid Jami Peneleh terakhir kali direnovasi pada tahun 1986, tanpa menghilangkan ciri khas dan suasana lawasnya. Keunikan masjid ini terletak pada struktur bangunannya yang tetap mempertahankan unsur kayu jati pilihan sebagai penyangga dan kerangka utama.

Di bagian langit-langit masjid, terdapat tulisan Arab yang berisi nama empat sahabat Nabi Muhammad, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Selain itu, masjid ini memiliki 25 ventilasi udara, masing-masing dihiasi aksara Arab yang merepresentasikan 25 nama nabi.

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, di dalamnya juga terdapat 10 tiang penyangga utama yang melambangkan 10 malaikat Allah. Salah satu daya tarik lainnya adalah bentuk masjid yang, jika diamati dari atas, menyerupai perahu terbalik yang menghadap ke Barat. Filosofi dari desain ini adalah mengajak umat Muslim untuk selalu beribadah menghadap kiblat.

Masjid Jami Peneleh bukan hanya menjadi saksi perkembangan Islam di Surabaya, tetapi juga menyimpan jejak sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada tahun 1945, masjid ini pernah terkena tembakan meriam Belanda, namun bagian kubahnya tetap utuh dan tidak hancur. Selain itu, masjid ini juga pernah dijadikan markas Laskar Hizbullah, kelompok pejuang Islam yang turut melawan penjajahan Belanda.

Masjid Jami Peneleh juga memiliki bedug tua yang diyakini memiliki keistimewaan. Konon, kulit bedug ini dipercaya bisa digunakan sebagai obat, namun untuk menghindari kesalahpahaman dan kemusyrikan, penggunaannya akhirnya dihentikan.

Selain bedug, terdapat sumur tua yang dibangun oleh Sunan Ampel untuk memudahkan warga dalam berwudhu. Namun, kini sumur tersebut sudah tidak beroperasi dan telah ditutup oleh pengurus masjid.

Masjid Jami Peneleh bukan sekadar tempat ibadah, tetapi warisan sejarah Islam dan perjuangan bangsa. Dengan arsitektur klasik yang penuh filosofi, serta kisah perjuangan yang melekat di setiap sudutnya, masjid ini menjadi salah satu destinasi religi yang wajib dikunjungi di Surabaya.

Bagi yang ingin mengenal lebih jauh sejarah Islam di Surabaya, Masjid Jami Peneleh bisa menjadi tempat refleksi spiritual sekaligus napak tilas jejak Sunan Ampel dan perjuangan bangsa Indonesia.




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads