Selain Makam Peneleh, Jejak Freemason Juga Ada di Gedung BPN Surabaya

Selain Makam Peneleh, Jejak Freemason Juga Ada di Gedung BPN Surabaya

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 25 Mei 2022 18:00 WIB
Kantor BPN Surabaya dan jejak kelompok Freemason
Ikon kelompok Freemason di BPN Surabaya (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Kota Pahlawan menyimpan sejarah hingga jejak kehadiran kelompok Freemason. Bukan cuma di Makam Peneleh, ada tempat lain di Surabaya yang merupakan bekas bangunan Freemason.

Hal ini diungkap salah satu Pengamat Sejarah, Kuncarsono Prasetyo. Kuncar, panggilan akrabnya, menyebut bangunan yang kini ditempati Badan Pertanahan Nasional (BPN) di kawasan Tunjungan juga bekas bangunan Freemason.

Sebab, di bangunan itu terdapat jangka dan mistar yang membentuk wujud 2 segitiga. Gambar ini lengkap dengan bentuk saling berjabatan yang diyakini menjadi ikon kelompok elite Freemason.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, di bangunan itu juga ada tulisan 1811 yang menandakan tahun dibuatnya bangunan tersebut. Ada pula prasasti dan tanggal pada bangunan yang dulunya merupakan bekas loji Freemasonry masa VOC di Surabaya.

"Akeh, Mas Freemason. Lek Freemason, yo jangka karo penggaris iku lambange. (Banyak, Mas, yang Freemason. Kalau Freemason, ya jangka dan penggaris itu lambangnya)," kata Kuncar, Selasa (24/5/2022).

ADVERTISEMENT

Salah satu referensi yang menunjukkan adanya aktivitas Freemason di Surabaya adalah buku yang ditulis Theo Stevens berjudul Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda 1764-1962.

Stenvens menulis, pada 1836 silam, Raden Saleh seorang pelukis besar pionir seni modern Tanah Air dilantik menjadi anggota Tarekat Kemasonan di Loji Eendracht Maakt Mach di Den Haag, Belanda.

Peristiwa itu, kata Stevens, menjadikan Raden Saleh sebagai warga asli Hindia Belanda pertama yang menjadi anggota kelompok persaudaraan Kemasonan. Jejak langkah Raden Saleh sebagai pria asli Hindia Belanda di Tarekat Kemasonan diikuti oleh Abdul Rahman, seorang keturunan Sultan Pontianak.

Kantor BPN Surabaya dan jejak kelompok FreemasonKantor BPN Surabaya dan jejak kelompok Freemason Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

Abdul Rahman, seperti disebutkan Stevens dalam bukunya, dilantik menjadi seorang mason pada 1844 di sebuah Loji bernama De Vriendschap, yang ada di sebuah kawasan yang kini disebut Surabaya.

Sebaliknya, Harry Poeze, seorang peneliti Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies dalam bukunya Di Negeri Penjajah, Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950, justru sangat minim mencatat perjalanan Raden Saleh selama periode 1830 hingga 1839 silam.

"Tidak begitu banyak yang diketahui tentang apa yang terjadi selama Raden Saleh di Negeri Belanda antara 1830 dan 1839," demikian nukilan dari buku Poeze seperti dikutip CNN Indonesia.

Meski demikian, Poeze mengutip penelitian arsip yang dilakukan De Loos-Haaxman, menuliskan bahwa Raden Saleh memang memperoleh kesempatan langka untuk melukis potret sejumlah pejabat militer Kerajaan Belanda yakni Herman Willem Daendels dan Johannes van Den Bosch.

Poeze juga mencatat, Raden Saleh adalah seorang pria Jawa keturunan Arab dengan cepat diterima oleh golongan elite di Eropa. Ia bergaul erat dengan para petinggi kerajaan Belanda dan bahkan sempat menerima anugerah Bintang Eikenkroon.

Seiring berjalannya waktu, aktivitas para penganut Freemason ini meredup dan tokoh-tokohnya pun telah tiada. Namun, berdasarkan nisan yang ada di Peneleh, Kuncar memperkirakan bahwa makam para penganut Freemason itu jumlahnya mencapai ribuan banyaknya.

Kuncar menerangkan, pemakaman terakhir para Freemason itu ada sekitar tahun 1923. Sayangnya, ia mengaku tak mengetahui rekam jejak, perkembangan, hingga keturunannya kini di Surabaya.

Ia menyebutkan, data sejarah yang ada saat ini akurasinya sangat minim. Itulah yang menurutnya menjadi kendala untuk penelusuran jejak Freemason di Surabaya.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads