Sosok Mahfudijanto, Pemimpin Aliran Sesat Pasuruan yang Gagal Ajak Istri Gabung

Sosok Mahfudijanto, Pemimpin Aliran Sesat Pasuruan yang Gagal Ajak Istri Gabung

Tim detikJatim - detikJatim
Rabu, 18 Mei 2022 11:02 WIB
aliran sesat di pasuruan
Mahfudijanto dan anaknya (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)
Pasuruan -

Aliran sesat muncul di Pasuruan dan diikuti sekelompok orang. Aliran ini dipimpin sosok Mahfudijanto (59), warga Kelurahan/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Kendati demikian, ia gagal mengajak istrinya sendiri bergabung dalam alirannya.

Mahfudijanto berkisah tentang pengalaman spiritualnya hingga meyakini aliran Islam yang saat ini ia anut. Ia mengatakan, keyakinan ini berawal dari sakit parah yang dialaminya.

Mahfud mengaku pernah hidup dalam hedonisme dan kemaksiatan. Hingga pada suatu hari ia menderita sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku lumpuh total, nggak bisa berjalan karena dosa-dosaku. Karena aku nakal, penggaweane (kerjanya) ke diskotek, wedokan (main perempuan), sembarang (dan lainnya)," kata Mahfud dalam sebuah perbincangan dengan detikJatim di suatu lokasi di Desa Sengonagung, Kecamatan Purwosari, Minggu (15/5/2022) lalu.

"Di situlah aku datang kepada Allah, karena aku punya data bahwa Allah itu maha pemurah. Di situ aku menangis kepada Allah, karena aku takut akan perbuatanku di masa lalu," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Mahfud, kejadian tersebut terjadi sekitar 15 tahun lalu. Sakit itu, kata dia, merupakan awal titik balik dalam hidupnya.

"Aku lumpuh karena azab Tuhan. Karena dosa-dosaku. Akhirnya saya tobat minta ampun pada Allah. Akhirnya saya bisa dilatih oleh Allah berjalan. Di situlah aku mulai mengenal yang gaib," terang Mahfud.

"Saya dioperasi pada waktu itu, ada jahitannya, dioperasi secara gaib. Aku yakin benar-benar Allah itu ada, dan betul-betul Allah menurunkan malaikatnya. Aku sembuh," ungkapnya.

Setelah sembuh dari sakit, Mahfud menyendiri dan mendekatkan diri pada Tuhan. Ia mendalami agama secara otodidak.

"Aku menyendiri. Menerima kalimat-kalimat Tuhan. Saya minta dibelikan Al-Qur'an yang ada terjemahannya. Pandanganku waktu itu kalau aku membaca bahasa Arabnya kapan aku melaksanakan hukum-hukum Allah," terang Mahfud yang mengaku tidak lancar mengaji.

Dari sanalah ia mendapatkan pemahaman seperti yang diyakini dan dijalankan hingga saat ini. Bahkan Mahfud mempunyai pengikut yakni orang-orang yang ikut mengamalkan apa yang diyakininya. Namun apa yang diyakini Mahfud dianggap menyimpang sehingga mendapat label sesat.

Diketahui, Mahfud memiliki belasan pengikut di 4 kecamatan. Namun istrinya tak jadi bagian dari pengikutnya. Dari 12 pengikut Mahfudijanto, 3 diantaranya adalah anggota keluarganya sendiri yakni anak, saudara, dan keponakan.

"Anak saya ini sudah 7 tahun ikut saya. Yang lain ini ada yang 5 tahun 3 tahun," kata Mahfud.

Anak Mahfud, Febridijanto (28), kemudian menimpali jika ibunya sendiri tidak mengakui aliran yang dianut Mahfud. "Ibu tidak ikut kami. Masih (keyakinan) yang lama," ujar Febri.

Berdasarkan hasil rapat MUI Kabupaten Pasuruan, kelompok Mahfudijanto diindikasikan sudah menyimpang dari ajaran Islam.

"Mereka ini (mengaku) hanya berguru pada Allah, kemudian tidak mengakui adanya rukun iman maupun rukun islam. Kemudian mengakui bahwa Nabi Besar Muhammad itu hanya sekedar manusia biasa, tidak jauh berbeda dengan presiden, dan lain sebagainya. Nah dari itu sementara ini diindikasikan bahwa mereka telah melakukan penyimpangan terhadap ajaran Islam," ujar Dewan Pertimbangan MUI Kabupaten Pasuruan, Muzammil Syafii, Senin (16/5/2022).

MUI meminta mereka segera kembali ke jalan yang benar atau bertaubat. Namun jika tidak mau bertaubat, MUI akan mengambil langkah hukum sesuai ketentuan dalam pasal penodaaan agama.

Sementara itu, Ketua Fatwa MUI Jatim KH Ma'ruf Khozin meminta kiai-gus turut aktif berdakwah dan mengawasi lingkungan sekitar. Ia menduga, di tempat Mahfudijanto menyebarkan aliran sesatnya, tidak ada pengawasan dari tokoh agama.

"Kita dorong ustad, kiai, gus berdakwah di tempat yang rawan. Kita tahu biasanya di satu desa banyak kiai, banyak gusnya tapi gak mau berdakwah di tempat yang jauh. Di satu sisi ada tempat yang kekurangan ulama, jadi perlu pemerataan. Sehingga di tempat rawan pendangkalan aqidah, tempat rawan muncul tokoh sesat ini, agar ustaz, kiai, gus bisa mengisi di tempat tersebut, sehingga aliran sesat tidak menyebar," bebernya.

"Kepada masyarakat, kalau ada aliran gitu, dan berulang terjadi biasanya di masyarakat yang minim pengetahuan agamanya, kalau banyak pesantrennya hampir gak ada. Biasanya di situ minim, masyarakat saya imbau berhati-hati mencari guru agama, pilih kiai, ustad, gus yang tidak menyimpang dari ajaran Islam," tandasnya.




(hil/fat)


Hide Ads