Surabaya Masuk Zona Kuning Stunting

Surabaya Masuk Zona Kuning Stunting

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 02 Mar 2022 16:23 WIB
Makanan yang Cegah Stunting Pada Anak
Ilustrasi (Foto: iStock, dok. Tokopedia)
Surabaya - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut Kota Surabaya zona kuning stunting. Angka prevalensi stunting di Surabaya antara 20%-30%.

Kepala BKKBN RI dr Hasto Wardoyo SpOG (K) menyebutkan itu dalam kegiatan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Rabu (2/3/2022).

Surabaya masuk zona kuning stunting bersama 17 kabupaten/kota lain di Jawa Timur dengan prevalensi antara 20% sampai 30%. Beberapa di antaranya adalah Sumenep, Kabupaten Malang, Kota Malang dan Nganjuk.

Sedangkan 15 kabupaten/kota lain di Jatim masuk dalam zona hijau stunting. Dengan prevalensi stunting antara 10%-20%. Di antaranya ada Ponorogo, Kabupaten Probolinggo, Trenggalek, dan Kota Batu.

Adapun kabupaten/kota yang dianggap perlu perhatian khusus dalam hal penanganan, karena punya angka prevalensi stunting di atas 30% ada empat.

Empat daerah itu antara lain Bangkalan 38,9%, Pamekasan 38,7%, Bondowoso 37,0%, dan Lumajang 30,1%.

Sebaliknya, hanya ada satu daerah berstatus biru atau daerah dengan prevalensi stunting di bawah 10 persen. Yakni Kota Mojokerto dengan angka prevalensi stunting hanya 6,9%.

Dia menjelaskan, salah satu faktor penyebab stunting masih tinggi di Jatim adalah kebersihan dan kesehatan lingkungan. Secara lebih spesifik Hasto mengatakan, masih banyak jamban tidak layak terutama di daerah zona merah stunting.

Bangkalan sendiri, kata Hasto, angka tidak punya jamban layak atau kondisi jamban yang tidak layak mencapai 33,7%, sedangkan Pamekasan 30,9%, dan Bondowoso 51,6%.

Sebaran stunting yang tinggi menurutnya punya ciri kesehatan dan kebersihan lingkungan yang rendah. Air bersih di Lumajang contohnya, 18% belum tercukupi secara baik.

Namun, ketersediaan air bersih bukan menjadi satu-satunya tolok ukur. Sebab, kata dia, ada daerah dengan air bersih yang kurang tapi angka stuntingnya rendah.

Hasto mencontohkan Pacitan sebagai daerah dengan banyak area pegunungan. Di sana, 27,9% air bersih tidak tersuplai, tapi angka stuntingnya cukup rendah. Yakni hanya 22,7%.

Menurutnya, sebaran tingginya stunting diwarnai lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, beberapa daerah juga berhasil menekan angka stunting dengan berbagai inovasinya.

Beberapa daerah yang dicontohkan antara lain Ngawi, Batu, dan Trenggalek dengan inovasi yang bagus dan mampu mengatasi masalah stunting.

Saat ini, secara total, angka stunting di Jawa Timur sebanyak 23%. Sedangkan angka stunting nasional 24,4%. Hasto menargetkan, pada 2024 mendatang angka stunting di Indonesia turun mencapai angka 13,50%.


(dpe/fat)


Hide Ads