Cerita 4 Fosil Manusia yang Ditemukan di Gua Braholo Gunungkidul

Cerita 4 Fosil Manusia yang Ditemukan di Gua Braholo Gunungkidul

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Rabu, 16 Nov 2022 15:15 WIB
Salah satu sudut di Gua Braholo, Gunungkidul. Gua Braholo ditetapkan menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022).
Salah satu sudut di Gua Braholo, Gunungkidul. Gua Braholo ditetapkan menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Gunungkidul -

Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul ditetapkan menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Ternyata Gua Braholo memiliki sejumlah cerita, salah satunya soal penemuan empat fosil manusia.

Juru Pelihara Gua Braholo, Marsono (44), mengungkapkan penemuan fosil manusia itu pada tahun 1997. Saat itu ada peneliti di Gua Braholo dan para peneliti menemukan empat fosil manusia.

"Hasilnya ada empat fosil kerangka manusia, tempat tinggal Gua Braholo tahun 1997. Kata peneliti itu sudah manusia modern, karena sudah ada pemisahan, seperti kerangka di pinggir dan sisa makanan di tengah. Jadi temuan di tengah itu sisa makanan," kata Marsono saat ditemui, Rabu (16/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gua Braholo berada di wilayah Pedukuhan Semugih, Kalurahan Semugih, Rongkop, Gunungkidul, DIY. Gua ini sekitar 65 kilometer dari pusat Kota Jogja.

Marsono melanjutkan, penelitian di Gua Braholo dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak. Pada penelitian tersebut telah dibuka 14 kotak ekskavasi dengan temuan yang sangat padat, terdiri dari tembikar, sisa biji-bijian yang sebagian besar di antaranya terbakar dan hangus, sisa fauna yang sangat melimpah, sisa industri batu, sisa industri tulang dan cangkang kerang.

ADVERTISEMENT

"Namun, setelah ada penelitian dari Prof Truman tahun 1994 dan dibukukan tahun 1996 masyarakat jadi tahu kalau Gua Braholo ternyata menyimpan sejarah," kata Marso, sapaannya.

Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022).Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Penelitian pertama itu, kata Marso, berujung pada munculnya beberapa kotak ekskavasi. Sampai sekarang kotak-kotak tersebut dibiarkan tetap terbuka.

"Karena setelah selesai penelitian ditutup seng, tapi setelah analisa di dua tahun sebelum Corona itu kan banyak hewan yang masuk dan reruntuhan juga. Karena itu untuk penelitian dua tahun kemarin, setelah ekskavasi ditutup ulang agar tidak membahayakan pengunjung," jelasnya.

Selanjutnya, Marso menyebut ada penelitian lagi di Gua Braholo pada tahun 1997. Setelah itu, banyak peneliti yang melakukan penelitian di Gua Braholo. Bahkan, Marso menyebut hampir setiap tahun ada penelitian di gua tersebut.

"Karena itu tahun 2001 dibangun anak tangga itu. Nah, itu dibangun karena ada peneliti yang jatuh, jalannya kan setapak dan licin kalau musim hujan seperti ini. Tapi setelah Corona tidak ada penelitian lagi di Gua Braholo," terangnya.

"Tapi sayangnya Gua Braholo ini semua temuannya tidak ada yang di sini. Ada yang dibawa ke UGM dan ke Punung Pacitan (Jawa Timur) karena di sini (Semugih) juga belum ada tempat yang sesuai untuk menyimpan temuan tersebut," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Menurutnya, hal tersebut membuat pengunjung yang datang bingung. Karena hanya melihat lubang bekas ekskavasi dan papan berisi penjelasan terkait Gua Braholo.

"Sebenarnya saya sudah mengusulkan setidaknya ada replikanya. Kenapa? Agar pengunjung yang datang bisa mengetahui dan melihat lokasi dan temuannya seperti apa," ucapnya.

Apalagi, Gua Braholo terbilang menarik untuk eduwisata. Mengingat ada dua lapisan pada gua tersebut.

"Jadi lapisan bawah itu memang untuk ruangan tempat tinggal. Lapisan atas dengan ketinggian sekitar 15 meter sebagai ruang terbuka itu rumah kelelawar," ujarnya.

Untuk itu, Marso berharap kepada pemerintah agar membuatkan replika temuan dari hasil penelitian di Gua Braholo.

"Sebenarnya Disbud Gunungkidul sempat ke sini untuk proses pembebasan tanah. Karena Gua Braholo ini kan di tanah pribadi, sedangkan situs-situs itu status tanah punya negara," ucapnya.

"Nah, ini dalam proses, dan kemarin sudah ngobrol-ngobrol. Ditanya usul saya usul paling tidak ada replika. Kalau memang fosil temuan digunakan untuk kebutuhan penelitian paling tidak ditinggali replika agar pengunjung tahu manusia yang tinggal di Gua Braholo seperti ini," imbuh Marso.

Diberitakan sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim telah menetapkan 15 Cagar Budaya Nasional periode Januari-Oktober tahun 2022, salah satunya adalah Cagar Budaya Nasional Kategori Situs Gua Braholo, Gunungkidul.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)


Hide Ads