Gua Braholo Gunungkidul, Pertapaan yang Kini Jadi Cagar Budaya Nasional

Gua Braholo Gunungkidul, Pertapaan yang Kini Jadi Cagar Budaya Nasional

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Rabu, 16 Nov 2022 13:56 WIB
Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022).
Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Gunungkidul -

Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Ternyata Gua Braholo memiliki sejumlah cerita. Seperti apa?

Gua Braholo berada di wilayah Pedukuhan Semugih, Kalurahan Semugih, Rongkop, Gunungkidul, DIY. Gua ini sekitar 65 kilometer dari pusat Kota Jogja.

Dari lahan parkir, pengunjung harus menaiki puluhan anak tangga untuk mencapai mulut guanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengunjung kemudian disambut suara kelelawar dari langit-langit gua. Tampak pula beberapa lubang bekas ekskavasi di gua tersebut.

Gua Braholo dulunya menjadi salah satu lokasi untuk bertapa. Namun setelah ditemukan situs purbakala, aktivitas masyarakat yang bertapa berhenti. Hal itu diungkapkan oleh juru Pelihara Gua Braholo, Marsono (44).

ADVERTISEMENT

"Jadi sebelum ada penelitian (purbakala) itu Gua Braholo jadi tempat bertapa dan mengamalkan ilmu kejawen. Karena nuwun sewu (maaf) di sini itu zaman dahulu pengetahuan akan agamanya masih sangat minim," kata Marsono saat ditemui detikJateng di rumahnya, Semugih, Rongkop, Gunungkidul, Rabu (16/11/2022).

Marso, sapaannya, menyebut penamaan Gua Braholo didasari banyaknya orang yang bertapa di gua tersebut. Kemudian ada batu yang menyerupai bentuk orang sedang bertapa.

"Yang bertapa itu tahun 80-an, sempat ada juga yang pingsan saat itu karena istilahnya tidak kuat saat bertapa pati geni (tanpa cahaya)," jelasnya.

"Nah, kenapa disebut Gua Braholo? Karena ada satu batu yang menyerupai orang bertapa di gua itu, sehingga disebut berhala atau braholo," lanjut Marso.

Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022).Gua Braholo di Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu Cagar Budaya Nasional Kategori Situs di Indonesia. Foto diambil Rabu (16/11/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Selain itu, Marso menceritakan, dahulu Gua Braholo tertutup rerimbunan pohon sehingga tidak terlihat dari jalan. Hal itu membuat gua tersebut menjadi rumah bagi burung-burung, seperti elang hingga jalak.

"Tapi sekarang tinggal kelelawar dan burung hantu saja," ujarnya.

Halaman selanjutnya, Gua Braholo Berhenti Jadi Tempat Pertapaan...

Berhenti Jadi Tempat Pertapaan Setelah Ada Penelitian

Akan tetapi, setelah ada penelitian dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak, masyarakat mulai memahami jika Gua Braholo menyimpan banyak sejarah.

Pada penelitian tersebut telah dibuka 14 kotak ekskavasi dengan temuan yang sangat padat, terdiri dari tembikar, sisa biji-bijian yang sebagian besar di antaranya terbakar dan hangus, sisa fauna yang sangat melimpah, sisa industri batu, sisa industri tulang dan cangkang kerang.

"Namun, setelah ada penelitian dari Prof Truman tahun 1994 dan dibukukan tahun 1996 masyarakat jadi tahu kalau Gua Braholo ternyata menyimpan sejarah," kata Marso.

Penelitian pertama itu, kata Marso, berujung pada munculnya beberapa kotak ekskavasi. Sampai sekarang kotak-kotak tersebut dibiarkan tetap terbuka.

"Karena setelah selesai penelitian ditutup seng, tapi setelah analisa di dua tahun sebelum Corona itu kan banyak hewan yang masuk dan reruntuhan juga. Karena itu untuk penelitian dua tahun kemarin, setelah ekskavasi ditutup ulang agar tidak membahayakan pengunjung," jelasnya.

Selanjutnya, Marso menyebut ada penelitian lagi di Gua Braholo pada tahun 1997. Setelah itu, banyak peneliti yang melakukan penelitian di Gua Braholo. Bahkan, Marso menyebut hampir setiap tahun ada penelitian di gua tersebut.

"Karena itu tahun 2001 dibangun anak tangga itu. Nah, itu dibangun karena ada peneliti yang jatuh, jalannya kan setapak dan licin kalau musim hujan seperti ini. Tapi setelah Corona tidak ada penelitian lagi di Gua Braholo," terangnya.

Terkait jumlah kunjungan di Gua Braholo, Marso menyebut naik turun. Menurutnya hal tersebut karena belum banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan gua tersebut.

Oleh karena itu, mulai dua tahun lalu pihak terkait mengundang sekolah-sekolah khususnya guru-guru sejarah di Gunungkidul untuk mengedukasi soal Gua Braholo yang menjadi tempat penelitian dan banyak temuan sejarah. Hal itu berdampak pada banyaknya siswa yang datang ke Gua Braholo.

"Seperti pekan lalu sekolah mengirimkan muridnya untuk membuat video sejarah Gua Braholo dan lain-lain, dan biasanya mereka datang saat akhir pekan. Selain itu, untuk masuk ke Gua Braholo gratis," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim telah menetapkan 15 Cagar Budaya Nasional periode Januari-Oktober tahun 2022.

Ke-15 Cagar Budaya Nasional ini terdiri dari 4 Benda Cagar Budaya, 1 Struktur Cagar Budaya, 5 Bangunan Cagar Budaya, dan 5 Situs Cagar Budaya yang tersebar di lima provinsi di Indonesia.

Selain itu, Ke-15 Cagar Budaya Nasional tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori benda, kategori struktur, dan kategori situs. Melansir dari situs resmi Kemdikbudristek, berikut ke-15 Cagar Budaya Nasional periode 2022.

Di mana salah satunya adalah Cagar Budaya Nasional Kategori Situs Gua Braholo, Pedukuhan Semugih, Kalurahan Semugih, Kapanewon Rongkop, Kabupaten Gunungkidul. Perlu diketahui, hingga bulan Oktober 2022, terdapat 194 Cagar Budaya Nasional yang telah ditetapkan oleh Mendikbudristek sejak tahun 2013.

Banyak Temuan Dibawa Keluar, Warga Minta Replika

Sementara itu, warga di Pedukuhan Semugih menyayangkan temuan hasil penelitian di Gua Braholo dibawa keluar Gunungkidul. Warga meminta pemerintah setidaknya membuat replika temuan tersebut dan memasangnya di Gua Braholo sebagai daya tarik dan edukasi pengunjung.

"Tapi sayangnya Gua Braholo ini semua temuannya tidak ada yang di sini. Ada yang dibawa ke UGM dan ke Punung Pacitan (Jawa Timur)," kata Marsono, Rabu (16/11/2022).

Menurutnya, hal tersebut membuat pengunjung gua bingung karena hanya melihat lubang bekas eskavasi dan papan berisi penjelasan terkait Gua Braholo.

"Sebenarnya saya sudah mengusulkan (ke Dinas Kebudayaan Gunungkidul) setidaknya ada replikanya. Agar pengunjung bisa mengetahui dan melihat lokasi dan temuannya seperti apa," ucapnya.

"Disbud Gunungkidul sempat ke sini untuk proses pembebasan tanah. Karena Gua Braholo ini kan di tanah pribadi, sedangkan situs-situs itu status tanah punya negara," ucapnya.

Halaman 2 dari 3
(rih/dil)


Hide Ads