Asyiknya Para Penyandang Disabilitas Ikut Tur Wisata Keliling Kulon Progo

Asyiknya Para Penyandang Disabilitas Ikut Tur Wisata Keliling Kulon Progo

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Minggu, 26 Jun 2022 14:03 WIB
Peserta Famtrip Difabel saat membuat batik di Sentra Industri batik, Desa Gulurejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DIY, Minggu (26/6/2022).
Peserta Famtrip Difabel saat membuat batik di Sentra Industri batik, Desa Gulurejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DIY, Minggu (26/6/2022). (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng)
Kulon Progo -

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) punya cara tersendiri untuk mengenalkan potensi wisata lokal sekaligus memastikan destinasi yang ramah bagi penyandang disabilitas. Salah satunya lewat kegiatan bertajuk Famtrip Difabel. Apa itu?

Famtrip Difabel ini diikuti penyandang disabilitas meliputi tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunawicara hingga tunadaksa dari berbagai kalangan dan usia. Dalam kegiatan ini mereka diajak berwisata ke pelbagai destinasi alam, seni dan budaya serta industri ekonomi kreatif di Kulon Progo.

Di akhir kegiatan, peserta diajak diskusi dan diminta kritik serta sarannya tentang kondisi tempat wisata, apakah sudah layak dan ramah bagi mereka. Jika dirasa belum, Dinas Pariwisata Kulon Progo akan segera melakukan perbaikan dan pemenuhan fasilitas terkait hal itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kegiatan Famtrip Difabel tahun ini merupakan kegiatan tahun kedua. Ini merupakan kegiatan yang punya tujuan untuk memastikan bahwa destinasi-destinasi wisata yang ada di Kulon Progo ini memang ramah terhadap saudara-saudara kita yang difabel atau disabilitas," ucap Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo, Joko Mursito di sela-sela Famtrip Difabel, Minggu (26/6/2022).

"Ini bagian atau bentuk kontrol bagi kami sekiranya memang ada destinasi-destinasi yang perlu pembenahan," imbuhnya.

ADVERTISEMENT
Peserta Famtrip Difabel saat membuat batik di Sentra Industri batik, Desa Gulurejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DIY, Minggu (26/6/2022).Peserta Famtrip Difabel saat membuat batik di Sentra Industri batik, Desa Gulurejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DIY, Minggu (26/6/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

Joko menuturkan kritik dan saran soal kondisi wisata di Kulon Progo juga disampaikan oleh para pendamping difabel yang turut serta dalam kegiatan ini. Pendamping ini berasal dari pelbagai kalangan, seperti organisasi masyarakat dan guru sekolah luar biasa (SLB).

"Mereka (peserta) datang juga didampingi para pembina, para guru, para kepala sekolah, para pendamping yang tentu mereka juga banyak rekomendasi itu justru yang kami harapkan kritik, saran dan masukan untuk Kulon Progo, sehingga kami bisa berbenah setiap saat agar semakin sempurna Kulon Progo ini destinasi-destinasi wisatanya dan bisa diakses semua pihak, semua kalangan," jelasnya.

Joko menerangkan Famtrip Difabel tahun ini diikuti 60 peserta yang dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok mengunjungi 2 desa wisata yang telah dibagi menjadi tiga zona yaitu selatan, tengah dan Utara. Zona selatan meliputi Desa Gulurejo dan Sidorejo, zona tengah ke Nglinggo dan Ngargosari, lalu zona utara di Banjarsari dan Tinalah.

"(Selama perjalanan) kita juga lengkapi dengan tenaga medis bilamana terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Juga mobil yang digunakan membawa peserta ini telah didesain khusus, tidak hanya mobil biasa tapi memang mobil itu kita carikan yang memang desainnya untuk disabilitas," jelasnya.

Di setiap desa wisata ini para peserta diajak melihat lebih dekat potensi wisata, budaya dan ekonomi kreatif yang ada di sana. Seperti misalnya potensi batik lokal, pembuatan teh, hingga jamu tradisional.

Sentra batik Gulurejo jadi jujugan. Simak selengkapnya di halaman selanjutnya..

Antusias mengenal budaya lokal

Salah satu lokasi yang jadi jujugan peserta Famtrip Difabel yaitu di sentra Industri batik, Desa Gulurejo, Kapanewon Lendah. Bertempat di Sanggar Batik Sembung, para penyandang disabilitas ini diajak membuat aneka batik mulai dari jenis tulis hingga cap.

Pengelola Sanggar Batik Sembung, Bayu Permadi mengaku sangat senang dengan antusiasme peserta Famtrip Difabel dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran batik di tempatnya. Terlebih mayoritas peserta baru pertama kali merasakan langsung proses produksi batik.

"Saya enggak menyangka sama sekali, ternyata sangat luar biasa, temen-temen difabel pun ternyata sangat antusias sekali dengan batik. Apalagi batik mereka kenal baru kali ini. Saya kenalkan mulai dari proses pecantingan, pengcecapan, dari bahan bakunya pun saya kenalkan kepada mereka dan mereka sangat takjub," ujarnya.

Bayu juga melihat bahwa para peserta ini punya potensi besar menjadi pembatik di masa depan. Ia pun membuka peluang bagi para peserta yang berkeinginan bekerja menjadi pembatik di tempatnya.

"Mereka saya ajak praktik pun sebenarnya mampu. Mereka bisa, walaupun mereka netra dan tuli. Hanya cara penyampaiannya aja yang sedikit berbeda. Kalau untuk temen-temen difabel ini sebenarnya kalau mau istilahnya ingin kerja di sini itu saya sangat menerima. Tetapi kan itu membutuhkan keuletan, sama sedikit perjuangan untuk melatih kebiasaan itu. Tapi pada dasarnya hal itu sebenarnya enggak begitu sulit sih menurut saya," ujarnya.

Sementara itu salah satu peserta, Gilang Rizki mengaku senang bisa merasakan langsung proses produksi batik dalam kegiatan Famtrip Difabel ini. Gilang sendiri merupakan penyandang disabilitas netra yang selama hidupnya belum pernah berkunjung ke industri batik lokal.

"Seru, karena ini pengalaman yang baru sih. Baru banget, baru pertama kali terjun ke dunia seperti ini, batik membatik," ujarnya.

"Tadi ada belajar dari ngecap, dari apa namanya, menggambar ya, nyanting gitu ya. Terus mewarnai. Ada proses perebusan penjemuran dan sebagainya. Tadi belajar mewarnai juga," imbuhnya.

Gilang mengaku sudah lama menyukai hal-hal terkait budaya lokal Nusantara. Ihwal khusus budaya Jawa, seperti batik ini.

"Bangga, karena saya memang dulu satu suka sama budaya-budaya lokal, budaya Jawa khususnya. Kedua itu batik sebenarnya suka, suka banget. Dan baru kali ini merasakan datang langsung ke tempat produksi batik," ucapnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Mengalami Insiden Terperosok di Air Saat Bermain Offroad di Yogyakarta"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/aku)


Hide Ads