Petani di Pedukuhan Soge Sanden, Srigading, Sanden, Bantul, Yuni Maryanto, membuka agrowisata jeruk keprok di ladang pasir tepi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Hanya dalam dua pekan, omzet wisata 'petik jeruk langsung' itu sudah jutaan rupiah.
Yuni Maryanto mengatakan, dirinya sudah lama menanam jeruk keprok di ladang pasir sekitar dua hektare luasnya. Tiap ratusan pohon jeruk miliknya berbuah, warga sekitar berdatangan membeli dengan memetik langsung.
"Awalnya hanya warga sekitar yang memetik jeruk lalu bayar di tempat. Dari situ kok banyak yang foto-foto, terus dimasukkan ke medsos," kata Yuni kepada wartawan, Jumat (24/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah foto memetik jeruknya beredar di media sosial, Yuni berujar, semakin banyak warga yang datang ke kebunnya. Yuni pun berinisiatif memanfaatkan kebunnya menjadi agrowisata belum lama ini.
"Apalagi kebun jeruk ini di pinggir JJLS, banyak wisatawan lewat. Sekalian dijadikan agrowisata saja," ujarnya.
Yuni hanya mematok harga Rp 15 ribu per kilogram jeruk. Dua pekan mengelola agrowisata, dia mengaku sudah memperoleh sekitar Rp 2 juta.
"Pengunjung bisa langsung memetik buah jeruk yang telah matang di pohon. Kemudian ditimbang dan tinggal membayar," ucapnya.
"Dalam sehari ada 5-10 wisatawan yang mampir untuk memetik buah jeruk. Paling ramai saat akhir pekan. Penghasilan dalam dua pekan terakhir ini mencapai Rp 2 juta," lanjut Yuni.
Dia menambahkan, ada beberapa pengunjung yang mengeluhkan rasa jeruk yang dipetik. Padahal dia sudah menerangkan bahwa jeruk yang baru dipetik jangan langsung dikupas dan dimakan.
"Biasanya kalau dipetik dan langsung dikupas dan dimakan, rasa manis jeruknya belum muncul. Tapi setelah didiamkan 2-3 hari, rasa jeruknya akan bertambah manis," katanya.
Kendati demikian, Yuni tetap mempersilakan pengunjung memetik satu buah jeruk dulu kalau ingin mencicipi langsung. "Itu tidak dipungut biaya. Tapi saya jamin untuk jeruk panenan kali ini rata-rata manis," pungkasnya.
(dil/dil)