9 Fakta tentang Tamansari Jogja, dari Curhat Soal Kamera-Sejarah

Round-Up

9 Fakta tentang Tamansari Jogja, dari Curhat Soal Kamera-Sejarah

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 16 Mar 2022 06:00 WIB
Wisata Taman Sari
Taman Sari, Wisata Beraksitektur Jawa dan Portugis. Foto: detik
Solo -

Curhat pengunjung Tamansari Keraton Jogja yang harus membayar Rp 250 ribu gegara berfoto menggunakan kamera profesional viral di media sosial. Putri bungsu Sri Sultan HB X, GKR Bendara, pun meminta maaf dan menjelaskan aturan berfoto di Tamansari.

Berikut ini 9 fakta yang dihimpun detikJateng dari insiden viralnya curhat pengunjung Tamansari itu sekaligus sejarah seputar Tamansari.

1. Diunggah di Grup Facebook

Di salah satu grup Facebook, sebuah akun @des***** mengunggah curhatan temannya yang keberatan diminta membayar Rp 250 ribu karena membawa kamera profesional ke Tamansari Keraton Jogja.

Dalam unggahannya, pemilik akun itu juga menanyakan apakah ada anggota grup di facebook itu yang memiliki pengalaman seperti temannya. Dia juga berharap ada penjelasan dari pihak pengelola Tamansari. Unggahan itu menuai respons beragam dari warganet. Ada yang menganggap wajar, ada pula yang menganggap tarif Rp 250 ribu itu mahal.

sumber gambar Desviena dan Hafisumber gambar Desviena dan Hafi Foto: detik

2. Tanggapan Kepala Unit Pariwisata Tamansari

Menanggapi unggahan di media sosial tersebut, Kepala Unit Pariwisata Tamansari RM Bambang Prastari mengatakan sebaiknya wisatawan mengajukan izin dulu.

Dia juga berpesan agar pengunjung Tamansari, ketika di loket pembayaran, jujur ketika membawa kamera profesional untuk sesi foto. Hal itu untuk menghindari kesalahpahaman ketika pengunjung sudah masuk kawasan wisata Tamansari.

"Tanpa izin dari keraton, kita tidak akan menerima apapun itu kecuali foto prewedding yang bisa on site sama foto-foto yang tidak menyebabkan copyright. Karena Tamansari merupakan salah satu karya intelektual, maka copyright kita utamakan," katanya.

3. GKR Bendara Meminta Maaf

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya Keraton Jogja yang juga putri bungsu Sri Sultan HB X, GKR Bendara, menyampaikan permohonan maaf.

"Pertama saya mohon maaf kalau ada pihak pengunjung kurang nyaman. Tapi ada hal-hal yang perlu diklarifikasi, dari awal sudah ada, tertera di situ, bahwa menggunakan kamera profesional untuk foto sesi apa pun ada biaya tertentu," kata GKR Bendara saat jumpa pers virtual, Senin (14/3/2022) malam.

4. Penjelasan GKR Bandara

GKR Bendara kemudian menjelaskan detail aturan foto sesi. Sebelum membayar, wisatawan akan ditanya tentang penggunaan kamera. Apabila menggunakan kamera profesional atau sejenis DSLR maka ada biaya tambahan.

Informasi tentang tarif ini, kata GKR Bendara, juga sudah terpampang di pintu masuk. Ada pula yang terpasang di samping kaca loket pembelian tiket. Tertulis tarif tiket domestik dan tiket internasional. "Jadi memang sudah ada aturannya dari dulu," jelasnya.

5. Tak Hanya di Tamansari

GKR Bendara menambahkan, objek wisata selain di Keraton Yogyakarta pada umumnya juga mengenakan tarif tambahan untuk foto konsep atau sesi foto. Di antaranya di kawasan Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

"Jadi lokasi-lokasi wisata lain juga banyak yang menggunakan ketentuan sama. Jadi, (penggunaan) kamera profesional ada biaya tertentu," kata GKR Bendara.

sumber gambar Desviena dan Hafisumber gambar Desviena dan Hafi Foto: detik

6. Ada Fotografer Tak Jujur

Menurut GKR Bendara, dalam beberapa kasus, ada fotografer yang bertindak tidak jujur dengan mengaku sebagai anggota keluarga wisatawan. Sehingga fotografer itu tidak membayar biaya tambahan foto sesi. Ada juga wisatawan yang memasukkan fotografer sebagai rombongan keluarga.

Sehingga berlangsung sesi foto di Tamansari Keraton Jogja, baik untuk foto produk, prewedding, dan foto komersial lainnya. "Diaku sama wisatawan sebagai keluarga. Padahal di-hire secara profesional untuk memotret keluarga tersebut. Jujur atau tidaknya itu sulit diukur. Tapi kejadian ini banyak," curhatnya.

7. Fakta Seputar Tamansari

Mengutip situs kratonjogja.id, Selasa (15/3/2022), Tamansari artinya taman yang indah. Ide pembangunan taman ini berdasarkan gagasan Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Sedangkan gambaran teknis Tamansari dikerjakan arsitek Demang Tegis, seorang berkebangsaan Portugis yang diduga datang dari Gowa, Sulawesi. Tamansari dibangun pada 1758 M. Pimpinan proyek pembangunannya dipegang oleh Tumenggung Mangundipuro yang kemudian digantikan Pangeran Notokusumo.

Pada zaman kolonial, Tamansari punya julukan Water Kasteel dan The Fragrant Garden karena kolam-kolam, pepohonan, serta dan bunga-bunga harum di kebunnya. Tamansari luasnya lebih dari 10 hektare. Ada 57 bangunan di dalamnya, seperti gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau dan pulau buatan, masjid, dan lorong bawah tanah.

8. Fungsi Pertahanan dan Religi

Tamansari dibangun di atas mata air atau Umbul Pacethokan. Di kompleks Tamansari terdapat dua buah danau buatan (segaran) di sisi timur dan barat dengan pulau buatan di tengahnya, yaitu Pulo Gedhong dan Pulo Kenanga. Kedua segaran itu dihubungkan sebuah kanal yang memotong lorong penghubung Plataran Magangan dan Kamandhungan Kidul.

Tak hanya tempat rekreasi, Tamansari dulu juga berfungsi sebagai tempat pertahanan. Hal itu tampak pada tembok tebal dan tinggi yang mengelilinginya, gerbang yang dilengkapi tempat penjagaan, dan bastion atau tulak bala sebagai tempat menaruh persenjataan.

Di Tamansari juga terdapat beberapa urung-urung atau jalan bawah tanah yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Bangunan Pulo Kenanga yang tinggi diduga untuk tempat peninjauan jika ada musuh datang.

sumber gambar  Desviena dan Hafisumber gambar Desviena dan Hafi Foto: detik

Fungsi religi Tamansari terlihat dari adanya bangunan Sumur Gumuling dan Pulo Panembung. Sumur Gumuling yang berbentuk melingkar difungsikan sebagai masjid. Sedangkan Pulo Panembung digunakan Sultan untuk bermeditasi. Kedua bangunan ini berada di tengah kolam Segaran, menyembul di tengah bentangan air.

9. Dua Kali Dihantam Gempa Besar

Bangunan awal Pesanggrahan Tamansari mulanya menghadap ke barat. Sehingga lorong depan terletak di selatan Plengkung Jagabaya (Tamansari). Kemudian segarannya memiliki lorong depan lurus ke utara sampai di Plengkung Jagasura (Ngasem).

Sebagai tempat wisata, kini pintu masuk ke kompleks ini berubah ke timur, menggunakan pintu yang dulu merupakan pintu belakang. Tamansari pernah rusak parah karena gempa pada 1867. Sejak itu, banyak penduduk membangun hunian di antara bekas kebun dan puing Tamansari.

Tamansari akhirnya direnovasi sejak 1977. Beberapa bangunan yang dulu tertimbun dibongkar. Namun hanya sedikit sekali bagian dari bangunan Tamansari yang bisa diselamatkan. Setelah itu, gempa berkekuatan 5,9 SR terjadi di Yogyakarta pada 2006. Renovasi dan revitalisasi dilakukan lagi. Beberapa bangunan diperbaiki, diperkuat, dan dilapis ulang.




(dil/dil)


Hide Ads