Kota Semarang memiliki kudapan khas yang selalu hadir dalam tradisi Dugderan menyambut Ramadan. Sudah jadi ikon Dugderan, kue ini ternyata punya sejarah panjang.
Adalah kue ganjel rel, kue berwarna cokelat dengan bentuk balok yang menyerupai bantalan rel kereta api. Kue yang selalu diburu setiap tradisi Dugderan ini ternyata punya cerita unik di baliknya.
Salah satu produsen kue ganjel rel, Aunil Fadlilah mengatakan, kue ini terinspirasi dari kudapan Belanda bernama Onbitjkoek yang terbuat dari adonan tepung dicampur rempah-rempah seperti jahe, kembang lawang, cengkeh, dan kayu manis, lalu diberi taburan wijen di atasnya.
Namun, karena bahan seperti tepung terigu, kacang almond, dan gula pasir dulu sulit didapat, masyarakat Indonesia menggantinya dengan singkong kering atau gaplek.
"Dulu, Onbitjkoek dianggap makanan mewah, nggak semua orang bisa makan. Bahan-bahannya sulit ditemukan, seperti tepung terigu, adanya tepung gaplek," kata Aunil di Masjid Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, Kamis (27/2/2025).
"Akhirnya, masyarakat membuat versi sederhananya menggunakan gaplek, gula jawa, dan rempah-rempah," ujar Aunil.
Tekstur kue ganjel rel yang keras kemudian membuatnya dinamai demikian, karena bentuknya mirip bantalan rel kereta dari balok kayu. Kue ini berkembang pesat pada 1970-an, namun mulai langka di pasaran sejak 1990-an.
Pada 2009, Aunil dipercaya oleh Masjid Agung Kauman Semarang dan Wali Kota Semarang untuk membuat kue ini sebagai bagian dari tradisi Dugderan. Dalam tradisi Dugderan, Kue Ganjel Rel biasanya dipotong kecil-kecil dan dibagikan kepada masyarakat Semarang.
"Kami berinovasi agar teksturnya tetap padat, tetapi tidak sepadat dulu. Pakai telur sehingga gizinya tambah dan teksturnya lebih lembut," jelasnya.
Sejak saat itu, Aunil rutin memproduksi kue ganjel rel untuk perayaan Dugderan. Jumlah produksinya bervariasi setiap tahun, mulai dari 500 potong di awal hingga 8.000 potong pada 2019.
"Tahun kemarin 6.000 potong, tahun ini cuma 5.000 potong. Mungkin karena efisiensi anggaran dan kondisi politik yang masih masa transisi," terangnya.
Dalam memproduksi kue ganjel rel, Aunil juga melibatkan beberapa UMKM agar tradisi Dugderan turut memberikan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha kecil.
"Kalau saya bikin semuanya sendiri kuwalahan. Tahun lalu saya bekerja sama dengan lima UMKM, tahun ini mungkin tiga UMKM," ungkapnya.
Ia pun berharap tradisi Dugderan bisa terus dilangsungkan tiap tahunnya agar kue khas itu bisa terus diproduksi sehingga para pelaku UMKM bisa turut kebagian berkah Ramadan.
Simak Video "Suasana Pasar Dugderan Semarang Jelang Ramadan"
(ahr/apu)