Sederet Kisah Mistis Penghuni Terakhir 'Kampung Mati' di Hutan Kulon Progo

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Minggu, 18 Jun 2023 20:41 WIB
Kondisi rumah satu-satunya di Kampung Mati, Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Jumat (16/6/2023). (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng)
Kulon Progo -

"Jadi memqng banyak kalau di sini. Banyak suara-suara juga tapi enggak saya dengerin karena udah biasa. Selain itu juga biar hantunya itu kalau dicuekin malu sendiri, capek sendiri untuk menghantui saya," imbuhnya.

Sumiran dan keluarganya menjadi penghuni terakhir 'Kampung Mati' di Kulon Progo. Hidup sendiri di pelosok hutan membuat mereka akrab dengan pelbagai gangguan baik itu dari hewan liar hingga entitas gaib. Seperti apa kisahnya?

Jauh dari hiruk pikuk perkotaan membuat suasana Kampung Mati yang terletak di pelosok hutan wilayah Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, terasa begitu sunyi. Desiran angin dan kicauan burung menjadi satu-satunya pemecah keheningan wilayah yang masuk kawasan perbukitan Menoreh itu.

Sejauh mata memandang, hanya terlihat rerimbunan pohon yang tumbuh memadati bukit. Di bagian lereng bukit inilah terdapat sebuah rumah yang nampak begitu kontras dengan kondisi lingkungan di sekitarnya.

Bagaimana tidak, rumah itu menjadi satu-satunya bangunan yang berdiri di wilayah Kampung Mati. Rumah ini dihuni oleh satu keluarga beranggotakan empat orang, yakni pasangan suami-istri Sumiran (49) dan Sugiati (50) serta dua anaknya Agus Sarwanto (23) dan Dewi Septiani (10). Mereka adalah penghuni terakhir kampung ini pascaeksodus warga beberapa tahun silam.

Hidup tanpa tetangga di tengah hutan yang dikenal wingit itu membuat keluarga Sumiran acap bersentuhan dengan hal-hal mistis.

"Sering sekali," ucap sang istri, Sugiati saat ditanya soal pengalaman mistis yang dirasakan, Jumat (16/6/2023) lalu.

Sugiati, bahkan pernah mengalami kejadian mistis yang hingga ini masih membekas di ingatannya. Kejadian ini bermula saat Sugiati bersama anak bungsunya, Dewi Septiani atau akrab disapa Septi sedang memasak di dapur.

Saat itu di rumah hanya mereka berdua. Sumiran sedang pengajian di luar kampung. Sedangkan anak bungsunya baru keluar. Adapun kejadian berlangsung saat malam hari.

Ketika itu Septi yang masih berusia tiga tahun usil mengganggu ibunya yang sibuk mengolah minyak. Tiba-tiba terdengar suara gebrakan meja dari rumah tetangga. Mendengar hal itu, keduanya lantas terdiam.

Sesaat kemudian terdengar lagi suara dobrakan yang berasal dari jendela kaca rumah keluarga ini.

"Setelah di situ, rumah itu ada orang yang mendobrak meja kemudian lanjut kaca ini yang didobrak. Terus masuk mendobrak meja yang di dalam situ ditambah ada bunyi-bunyian dari piring," ucap Sugiati.

Tak sampai di situ. Sugiati dan Septi kembali dikejutkan dengan penutup panci yang tiba-tiba melayang. Tak tahu harus berbuat apa, mereka pun hanya bisa terdiam.

"Saya eggak tahu rupanya, enggak keliatan. Tapi ternyata Septi ini lihat sosok itu sambil bilang 'Mak saya takut Mak'. Terus saya minta Septi 'Diam aja Sep biarin nanti capek sendiri hantunya'. Gitu. setelah itu saya tidur," jelas Sugiati.

Sugiati juga pernah menjumpai sesosok ular yang ukurannya sebesar kepala manusia. Ular ini memiliki dua kepala. Sosok itu ditemuinya ketika sedang mencari kayu bakar.

"Ya di sana (menunjuk hutan) saya pernah melihat ular besar sebesar kepala manusia. Saat itu saya sedang mencari kayu. Njuk (lalu) sebelum itu waktu anak saya yang besar tadi, yang laki-laki itu usia sekitar 3 tahun ada ular badannya satu kepalanya dua," ucapnya.

Sosok lain yang pernah Sugiati temui yakni pria misterius yang muncul tiba-tiba di area perbukitan dekat rumahnya. Menurutnya sosok ini menggunakan singlet putih dan celan hitam sembari membawa keranjang mata air dan celurit.

"Setelah lihat itu saya langsung pulang. Nah tiba-tiba ada potongan janur yang nancep di kepala saya, langsung saya buang," ujarnya.

"Jadi memang banyak kalau di sini. Banyak suara-suara juga tapi enggak saya dengerin karena udah biasa. Selain itu juga biar hantunya itu kalau dicuekin malu sendiri, capek sendiri untuk menghantui saya," imbuhnya.

Selain Sugiati, hal serupa juga dialami Sumiran. Beberapa kali Sumiran ditimpuk batu oleh sesuatu yang tak berwujud. Biasanya terjadi ketika dirinya sedang mengambil air di sumber mata air dusun setempat.

"Pernah itu pas mau ambil air tahu-tahu ada yang nimpuk pakai batu. Wah saking seringnya jadi udah biasa," ucapnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.



Simak Video "Video: Viral Momen Wakil Bupati Kulon Progo Perbaiki Sepatu Paskibraka"


(aku/aku)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork