Kampung Pitu di Pedukuhan Nglanggeran Wetan, Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul memiliki kisah hanya dihuni 7 kepala keluarga (KK) sejak dulu. Kampung yang berada di kawasan gunung api purba Nglanggeran ini terdapat jejak konon tapak kuda Sembrani.
Salah satu warga Kampung Pitu, Surono (42) menceritakan bahwa bekas tapak kuda Sembrani itu berada di pinggir telaga Guyangan. Namun, saat ini telaga tersebut sudah beralih fungsi sebagai lahan pertanian warga.
"Dulunya telaga, dan sekarang beralih fungsi menjadi persawahan warga. Nah, di samping telaga itu ada bekas tapak jaran (kuda) Sembrani," kata Surono saat ditemui detikJateng di rumahnya, Jumat (16/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dikutip dari beberapa sumber, bahwa kuda Sembrani adalah hewan mitologi yang diambil dari cerita legenda masyarakat Nusantara yang menggambarkan seekor kuda bersayap yang dapat terbang dan sangat berani. Dalam cerita pewayangan kuda Sembrani adalah kuda tunggangan Batara Wisnu.
Surono melanjutkan, bahwa ada cerita juga dulu banyak ditemukan tapak kuda Sembrani di Kampung Pitu. Hanya pihak Keraton Jogja yang bisa mengambil bekas tapak tersebut.
![]() |
"Tapak itu di atas batu. Dulu kata bapak banyak tapak itu. Nah, ceritanya dulu saat Sri Sultan ke-IX sering ke sini, setiap diketuk 3 atau 7 kali diambil langsung bisa (bekas tapak kuda Sembrani)," ujarnya.
![]() |
Surono menambahkan, bahwa dari cerita tetua di Kampung Pitu, dahulu telaga guyangan kerap menjadi lokasi untuk memandikan kuda Sembrani. Terkait adakah warga yang pernah melihat wujud kuda tersebut, Surono mengaku ada yang pernah melihat namun semua itu kembali ke kepercayaan masing-masing.
"Ya sebenarnya bisa dibilang mitos, tapi juga orang yang tahu kalau kuda Sembrani kadang dari arah timur dan hilangnya di sini (Kampung Pitu)," imbuhnya.
(rih/rih)