Video penutupan patung Bunda Maria di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus Kabupaten Kulon Progo memakai terpal viral di media sosial. Berikut kronologi peristiwa itu, dari pembangunan rumah doa, keberadaan patung Bunda Maria, hingga kondisi terkini usai patung ditutup terpal.
November 2021
Rumah doa itu berada di Dusun Degolan, Kalurahan Bumirejo, Kapanewon Lendah. Ketua RT 61, Dusun Degolan, Purwoko menerangkan Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus dibangun sejak setahun belakangan oleh seorang warga bernama Sugiarto. Tepatnya pada November 2021 dan selesai November 2022.
Adapun rumah doa ini difungsikan sebagai tempat singgah bagi keluarga Sugiarto yang saat ini berdomisili di Jakarta, jika sewaktu-waktu pulang kampung di Kulon Progo. Di rumah ini juga terdapat makam mendiang istri Sugiarto.
"Jadi memang awalnya rumah doa ini didirikan sebagai tempat singgah jika sewaktu-waktu keluarga Pak Sugiarto pulang ke sini. Misalnya habis nyekar atau ngapain terus bisa berdoa di situ. Makanya dinamai rumah doa," ungkap Purwoko saat ditemui wartawan, Jumat (24/3/2023).
Purwoko menjelaskan lahan yang digunakan sebagai rumah doa itu awalnya milik kerabat Sugiarto. Kemudian lahan itu dibeli Sugiarto untuk dibangun rumah doa. Pada awal pembangunan pihak keluarga Sugiarto yang diwakilkan oleh adiknya, Sutarto intens berkomunikasi dengan warga sekitar terkait pendirian rumah doa.
Selama itu pula tidak pernah ada masalah apalagi gejolak di masyarakat. Bahkan tak sedikit warga ikut terlibat dalam pembangunan rumah doa ini.
Desember 2022
Polemik baru muncul saat pemilik menaruh patung Bunda Maria di dalam area rumah doa sejak 3 bulan lalu. Selain itu adanya perbendaan konsep awal bangunan yang harusnya sebatas rumah doa justru melenceng dari kesepakatan awal antara warga dengan pemilik rumah.
Walhasil rumah doa yang harusnya bisa diresmikan Desember 2022 harus mundur tanpa kejelasan.
"Jadi pernah ada rencana diresmikan bulan Desember 2022 lalu. Tapi mundur dari jadwal, karena warga menanyakan kok beda antara pembangunan awal dengan kenyataannya," ucap Purwoko.
Sabtu 11 Maret 2023
Di tengah polemik ini, muncul ormas dari luar Dusun Degolan yang berniat membantu mencarikan solusi. Ormas ini kemudian menjadi jembatan aspirasi warga dengan pemilik rumah doa serta aparatur pemerintahan.
Menurut Purwoko, ormas ini berjumlah 15 hingga 20 orang. Mereka pernah dua kali mendatangi Dusun Degolan untuk menjadi penyalur aspirasi warga.
"Kalau nggak salah sudah datang dua kali, terakhir hari Sabtu kemarin (11 Maret) Ada sekitar 15 sampai 20 orang itu. Tapi mereka nggak memaksa, cuma membantu aja," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/dil)