Pemkot Jogja Bikin Klinik demi Bangkitkan Puluhan Bank Sampah Mati Suri

Pemkot Jogja Bikin Klinik demi Bangkitkan Puluhan Bank Sampah Mati Suri

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 01 Nov 2022 13:35 WIB
TPST Piyungan di Bantul, DIY, ditutup warga yang memprotes pembongkaran sampah di akses jalan warga. Seperti apa kondisi terkini di sana?
TPS Piyungan. (Foto: Pius Erlangga/detikJateng)
Jogja -

Tumpukan sampah masih jadi masalah utama di Jogja yang merupakan Kota Pelajar ini. Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja kembali memaksimalkan peran bank sampah untuk menyelesaikan masalah sampah di tingkat Kalurahan.

Penjabat (Pj) Wali Kota Jogja Sumadi mengatakan Pemkot telah meluncurkan klinik bank sampah kemarin, Senin (31/10) di kantor DLH. Hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk memaksimalkan lagi peran bank sampah di Kota Pelajar.

"Di Kota ada 564 bank sampah tapi tinggal 481 bank sampah saja yang benar-benar aktif dan beraktivitas rutin. Nah, sisanya yang tersisa hanya papan namanya saja," kata Sumadi kepada wartawan di Kota Jogja, Selasa (1/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, pihaknya membuka klinik bank sampah di kantor DLH Kota Yogyakarta. Melalui klinik tersebut, para penggiat bank sampah bakal mendapatkan pendampingan untuk mengembangkan bank sampah khususnya yang mati suri.

"Karena itu bank sampah yang tidak aktif itu coba dibangkitkan kembali melalui klinik ini. Sebenarnya ada masalah apa, kendalanya di mana," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Kepala DLH Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto menambahkan, dalam sehari Kota Jogja memproduksi 350 ton sampah. Karena itu, saat sejumlah tempat pembuatan sementara (TPS) di Kota Jogja tidak bisa membuang sampah ke tempat pembuatan akhir (TPA) Piyungan Bantul, sampah jadi permasalahan yang serius.

Oleh karena itu, Sugeng mengimbau agar masyarakat mulai melakukan pemilahan sampah. Sebab, saat sampah anorganik masih dipaksakan untuk dibuang menuju TPA Piyungan, potensi masalah akibat over kapasitas otomatis senantiasa mengancam.

"Sampah anorganik harus berhenti di rumah, karena itu kan susah terurai. Kemudian, dimaksimalkan pemulung, tukang rosok dan bank sampah. Jadi yang dibawa ke Piyungan itu residunya saja dan sisanya harus bisa dikelola warga," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya membuka klinik bank sampah. Di mana dalam program tersebut menawarkan solusi-solusi kreatif dan mempunyai nilai, seperti pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi pun ditekankan di klinik ini.

"Dan membentuk pengolahan sampah sampai pada tingkat RW, hingga membuka ruang konsultasi bersama untuk kemajuan serta kebermanfaatan bank sampah," ucapnya.

Nantinya klinik bank sampah dapat menjadi wadah komunikasi Pemkot Jogja dengan warga terkait pengelolaan sampah di lingkup rumah tangga. Selain itu untuk menghidupkan lagi bank sampah yang mati suri selama ini.

"Klinik bank sampah itu layanannya berupa pengaktifan kembali bank sampah yang mati suri dan tidak beraktivitas kembali. Nanti kalau tidak bisa dibangkitkan sama kelurahan, atau kecamatan ya dibawa saja ke klinik ini," katanya.




(aku/ams)


Hide Ads