Seorang Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membangun masjid berarsitektur Jawa modern di Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas. Masjid tersebut dibangun menggunakan uang royalti dari penjualan buku.
Guru besar UNY itu adalah Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. Dia membangun masjid dengan luas bangunan 350 meter persegi di atas tanah seluas 1.300 meter persegi.
"Jadi memang pertama keyakinan agama Islam yang dibawa mati tiga hal. Satu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, yang ketiga mudah-mudahan anak yang saleh. Saya mencoba memenuhi tiga aspek itu," kata Sugiyono saat dihubungi detikJateng, Jumat (28/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana pembangunan masjid ini telah dimulai tahun 2015. Proses pembangunan itu dimulai September 2019 dengan sumber pendanaan utama dari hasil uang royalti penjualan buku.
Namun, dalam praktiknya tiba-tiba pandemi COVID menghantam. Dia pun khawatir jika keinginannya untuk membangun masjid gagal. Sebab, adanya pandemi penjualan buku otomatis turun.
Akan tetapi, dalam situasi pandemi justru banyak kegiatan webinar. Hasilnya tidak untuk kepentingan pribadi dan ditambahkan untuk dana pembangunan masjid.
"Waktu itu kan belum pandemi. Jadi dari simpanan dana royalti buku kan belum cukup perkiraannya baru 50 persen. Muncul pandemi kami khawatir, penjualan buku turun drastis. Tapi alhamdulillah kegiatan webinar selama pandemi ini luar biasa. Dana webinar itu juga masuk untuk membangun masjid," urainya.
Dibangun dari Royalti Buku dan Webinar
Sugiyono memang dikenal sebagai dosen yang produktif. Ia gemar menulis buku, dan hingga saat ini sudah ada 25 buku hasil karyanya. Dari jumlah itu, terdapat 20 buku bidang Metode Penelitian dan Statistik.
"Buku saya ada 25 kalau di pasar yang banyak dipakai itu 20 dan buku saya tebal, jadi royaltinya lumayan. Jadi ya mulai 2015 itu, setelah bukunya banyak dan diprediksikan ada kelebihannya ya ada rencana untuk itu," sebutnya.
Selengkapnya soal cerita pembangunan masjid di Banyumas..
Masjid Diresmikan Mendes PDTT
Masjid tersebut telah diresmikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar pada 28 Agustus 2022. Masjid itu kemudian diberi nama sesuai dengan namanya 'Masjid Prof. Dr. Sugiyono Rusti'
"Sebenarnya sudah banyak nama masuk ke saya, anak-anak, tokoh masyarakat, teman dosen mengusulkan. Salah satu yang mengusulkan tokoh Islam, seorang dosen profesor juga, diberi nama sendiri saja karena hampir belum ada nama profesor untuk nama masjid," katanya.
"Waktu Pak Menteri membuka itu, juga salah satunya menyarankan mudah-mudahan dengan nama profesor ini menjadikan inspirasi untuk profesor lain," imbuhnya.
![]() |
Dia berharap hadirnya masjid ini bisa mempermudah masyarakat dalam beribadah. Selain itu juga bisa menjadi satu ruang untuk belajar agama dan sains.
"Harapannya, supaya masyarakat mudah untuk beribadah. Selain itu masjid kami ada ciri khasnya masjid akademis. Jadi kegiatan pengajian mengarah kepada hal walaupun dasarnya dari ayat tapi juga yang ada kaitannya dengan keilmuan," pungkasnya.