Guru besar Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Mochammad Qasim Mathar mewanti-wanti agar masyarakat tidak ikut dalam politik uang jelang Pilkada serentak 2024. Menurutnya, politik uang merupakan perbuatan yang dilaknat Allah, baik bagi pemberi maupun penerimanya.
"Politik uang yang dinyatakan sebagai perbuatan yang dilaknat Allah atas pemberi dan penerima politik uang," ujar Qasim Mathar kepada detikSulsel, Jumat (22/11/2024).
Qasim mengatakan masyarakat yang pendapatannya rendah cenderung sulit menghindari politik uang. Hal ini yang sering dimanfaatkan oleh oknum peserta pilkada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Politik uang dalam konteks masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah, tentu sulit mencontoh masyarakat yang pendapatannya sudah tinggi, misalnya, pemilih berani menolak politik uang dan peserta pilkada enggan untuk berpolitik uang," katanya.
Qasim juga menuturkan politik uang telah diatur dalam Undang-Undang sebagai aturan negara. Meski demikian, beberapa orang tetap berani terlibat dalam politik uang.
Menurutnya, jika memang aturan tersebut tidak bisa menghentikan perbuatan politik uang, setidaknya ada aturan agama. Dia mengatakan ajaran agama dapat menolong manusia untuk menjauhi politik uang.
"Kalau Undang-undang atau aturan negara tidak mempan mencegah politik uang, maka ajaran agama bisa menolong untuk menjauhi politik uang," tuturnya.
Lebih lanjut, Qasim mengatakan jika dua hal itu masih tidak dapat menahan seseorang untuk terlibat dalam politik uang, hal yang bisa dilakukan selanjutnya adalah berpikir jernih. Kata dia, berpikir jernih yang dimaksud adalah memikirkan dampaknya pada keluarga.
"Berpikir lebih jernih bahwa politik uang telah memberi banyak contoh, bukan hanya pelakunya tetapi keluarganya juga tercemar namanya di tengah masyarakat," jelasnya.
Menurutnya, ketiga hal itu yang perlu diingat sebelum terlibat dengan politik uang. Namun, jika ketiga hal tersebut tak juga diindahkan, maka menurutnya, politik uang akan terus ada.
"Kalau orang tidak taat beragama dan tidak mau merenung lebih dalam, maka politik uang akan merajalela," sebutnya.
Sementara itu, dia juga menyinggung untuk memilih pemimpin dengan mengetahui rekam jejaknya. Selain itu, perlu pula melihat latar belakang keluarganya.
"Bukan hanya mengenal wajah calon pemimpin di dalam memilih, tetapi mengenal rekam jejak dan latar belakang keluarga calon pemimpin penting diketahui," ujarnya.
(ata/ata)