Sarkem Jogja Bersolek demi Ubah Stigma Lokalisasi

Sejarah Sarkem Jogja #4

Sarkem Jogja Bersolek demi Ubah Stigma Lokalisasi

Rizky Dafa Prasetyanto, Kesia Oktanoya Lini - detikJateng
Minggu, 09 Okt 2022 08:38 WIB
Jalan Pasar Kembang, Kota Jogja.
Jalan Pasar Kembang, Kota Jogja. (Foto: Tim detikJateng)
Jogja -

Berbagai upaya dilakukan sejumlah pihak untuk mengubah stigma Sarkem Jogja 'lokalisasi' alias tempat prostitusi. Di antaranya dengan gelaran SarkemFest hingga upaya dakwah.

"Sekarang pandangan orang sudah berbeda. Sekarang yang dilihat adalah penataan di kawasan itu sudah bagus, sudah ada selasar, sudah ada hotel yang besar-besar, dan setiap tahun dibikin festival Sarkem," kata salah satu tokoh masyarakat Sosromenduran, Ipung Purwandari, saat dihubungi detikJateng, Kamis (6/10/2022).

Ipung pernah menjadi Ketua RW 02 Sosrowijayan Wetan, Sosromenduran, selama tiga periode. Kini perempuan itu duduk sebagai anggota DPRD Kota Jogja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sarkem merupakan akronim Pasar Kembang, nama jalan di pusat Kota Jogja tepatnya di antara kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu. Wilayah itu berada di Kalurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Kota Jogja.

Penamaan Jalan Pasar Kembang berawal dari banyaknya pedagang kembang atau bunga di wilayah tersebut. Kini pedagang bunga di antaranya terpusat di kawasan Kotabaru.

ADVERTISEMENT

"Pasar Kembang itu dari pojokan Malioboro sampai pojokan penghabisan Stasiun Tugu yang ada Hotel Abadi lampu merah," kata Ipung.

Ia menjelaskan, festival Sarkem atau SarkemFest menjadi salah satu upaya untuk mengubah citra Sarkem. Festival Sarkem telah digelar pada bulan April lalu dan diharapkan bisa menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara.

"Intinya festival Sarkem itu untuk mengangkat wajah Sarkem yang biasanya terkenal negatif menjadi sebuah kawasan yang positif. Itu kita adakan setahun sekali," ujarnya.

"Kita menarik para wisatawan yang ada di luar negeri maupun dalam negeri, jadi mereka akan berkunjung ke Jogja untuk melihat festival Sarkem," jelas Ipung.

Saat ini, Pasar Kembang sudah berbeda dengan yang dulu. Sudah dilakukan penataan di Sarkem. Mulai dari Stasiun Tugu oleh PT KAI, selasar, hingga ada warung kopi.

"Penataannya sudah benar-benar bagus, kopi jos dipindah di selasar, itu sudah merupakan daya tarik sendiri bagi orang luar Jogja untuk hadir ke Jogja dan kalau belum melihat Sarkem itu seperti belum ada di Jogja," ujar Ipung.

"Sekarang sudah berubah penataannya sudah bagus, stasiunnya, selasar, ada kafe, jadi image-nya Sarkem itu yang dulunya katanya lokalisasi sedikit demi sedikit tertepis dengan adanya penataan yang sudah sangat-sangat bagus," sambungnya.

Halaman selanjutnya, Sarkem Festival dan dakwah...

Sarkem Festival Akan Jadi Agenda Tahunan

SarkemFest akan menjadi agenda tahunan untuk meramaikan destinasi wisata di kawasan Malioboro.

"Kemungkinan SarkemFest menjadi agenda tahunan," kata Kabid Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satpol PP, Rikardo Putro Mukti Wibowo, kepada detikJateng, Jumat (30/9).

Kawasan Kampung Sosrowijayan, Sosromenduran, Gedongtengen, Kota Jogja.Kawasan Kampung Sosrowijayan, Sosromenduran, Gedongtengen, Kota Jogja. Foto: Tim detikJateng

Selain itu, SarkemFest menjadi salah satu upaya menarik wisatawan dengan adanya pertunjukan seni yang ditampilkan di Malioboro mulai dari musik keroncong, angklung, dan lain-lain. Bulan April lalu, pertama kalinya SarkemFest digelar oleh Pemkot Jogja yang diinisiasi Dinas Pariwisata.

"SarkemFest juga menjadi salah satu strategi karena (PKL) Malioboro juga habis direlokasi kan. Jadi kan orang datang ke Malioboro mungkin berbeda dari dulu sampai yang sekarang. Dengan adanya pertunjukan-pertunjukan, wisatawan juga jadi ada hiburan, seperti keroncong, angklung, dan lain-lain," jelasnya.

Di sisi lain, Kampung Sosrowijayan, Sosromenduran, ingin menghilangkan stigma negatif. Banyak potensi positif yang dimiliki oleh Kampung Sosrowijayan.

"SarkemFest baru tahun ini, salah satu cara untuk menarik wisatawan di samping itu dengan memanfaatkan daerah sana. Di sana kan banyaknya musik. Kemarin baru sebatas itu, rencana Kampung Sosrowijayan mau menghilangkan itu tapi kan sudah terkenal dengan negatifnya," ujarnya.

"Kalau stigma penginnya berubah dengan sendirinya, kalau di sana itu bukan hanya tempat yang seperti itu (hanya prostitusi), tapi ada potensi lain yang bisa ditunjukkan ke wisatawan," sambungnya.

Dakwah

Sebelumnya, upaya dari sisi spiritual juga dilakukan. Salah satunya inisiatif dari pengasuh Ponpes Ora Aji, Gus Miftah.

Dikutip dari detikNews, Miftah Maulana Habiburrahman atau yang akrab disapa Gus Miftah, bercerita sudah belasan tahun berdakwah di 'dunia malam'. Salah satunya berdakwah di Sarkem Jogja.

"Pertama di Sarkem (Pasar Kembang) Yogya, tahun 2000-an. Di Sarkem sudah 14 tahun, pesertanya ya mereka (penghuni) di Sarkem itu," kata Gus Miftah, Rabu (12/9/2018).

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Ia sempat ditanyai maksud dan tujuannya hingga akhirnya diizinkan berdakwah di Sarkem.

"Ya saya sampaikan visi misi saya, ada curhatan penghuni ingin ikut kajian agama, tapi bingung tidak ada tempat," ujarnya.

Waktu itu beberapa pihak juga sempat bertanya kepada dirinya, apakah 'pekerja' di Sarkem, dan klub malam, mau bertobat.

"Saya jawab, bagi saya hidayah butuh dijemput, dan kalau hidayah itu datang, bukan karena saya, tapi Allah menghendaki dia bertobat. Apakah ada (hidayah)? Insyaallah ada," terangnya.


Berita Sarkem Jogja Bersolek demi Ubah Stigma Lokalisasi ini merupakan artikel terakhir dari empat artikel hasil peliputan tim detikJateng tentang Sarkem Jogja. Simak artikel lainnya tentang Sarkem Jogja, dan berita-berita Jateng-DIY, hanya di detikJateng.

Halaman 2 dari 3
(rih/ams)


Hide Ads