Budayawan Ungkap Awal Mula Pergeseran Makna Sarkem Jogja

Sejarah Sarkem Jogja #3

Budayawan Ungkap Awal Mula Pergeseran Makna Sarkem Jogja

Rizky Dafa Prasetyanto, Kesia Oktanoya Lini - detikJateng
Sabtu, 08 Okt 2022 15:49 WIB
Jalan Pasar Kembang, Kota Jogja.
Jalan Pasar Kembang, Kota Jogja. (Foto: Tim detikJateng)
Jogja -

Sarkem Jogja sempat dikenal sebagai 'lokalisasi'. Sarkem merupakan akronim Pasar Kembang, nama jalan di pusat Kota Jogja, di antara kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu.

Menurut budayawan Jogja yang juga pakar UGM, Ahmad Charris Zubair, nama Sarkem memiliki dua arti, yaitu denotatif dan konotatif.

Makna Denotatif Sarkem

Secara denotatif, Charris mengatakan Sarkem tak luput dari pengaruh sumbu filosofis Jogja yang membentang melalui kawasan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Malioboro merupakan jalur yang penting, penting secara fisik untuk masuk dari luar kota ke Keraton. Namun selain itu sebetulnya juga jalur yang penting secara filosofis karena menunjukkan nilai-nilai tentang kehidupan," kata Charris kepada detikJateng, Jumat (7/10/2022).

Charris menerangkan sumbu filosofis itu meliputi dari Panggung Krapyak - Alun-alun Kidul - Keraton- Alun-alun Lor - Pangurakan - Jalan Margo Mulyo (jalan kemuliaan) - Jalan Malioboro (jalan keteguhan) - Jalan Margo Utama (jalan keutamaan) - Tugu Golong Gilig (simbol manunggaling kawula Gusti).

ADVERTISEMENT

"Di sepanjang ketiga jalan itu ada satu pasar yang memang dulu pasar kembang, benar-benar jualan kembang (bunga) untuk upacara, ziarah, kepentingan Keraton, dan sebagainya. Saat itu kembang menjadi komoditas penting di jalur filosofis," ujar Charris.

Makna Konotatif Sarkem

Charris kemudian menceritakan dinamika Pasar Kembang ketika Belanda masuk Jogja. Menurutnya, kemunculan makna konotatif Sarkem muncul sejak era itu.

"Belanda membangun stasiun dan kota yang sangat Belanda (Kotabaru). Hingga kemudian pasar kembangnya dipindah ke Kotabaru," jelas Charris.

"Karena dekat stasiun dan banyak pendatang dan ada kebutuhan yang berkembang, maka di sebagian Pasar Kembang dan Sosrowijayan kemudian muncul wanita penghibur. Sekarang jika ada orang menyebut Sarkem, kembangnya mungkin maknanya sudah bergeser," Charris melanjutkan.

Melihat sejarah Sarkem, yang sejak dulu wilayah itu merupakan permukiman, kata Charris, kawasan itu tak bisa disebut lokalisasi.

Penjelasan Charris selanjutnya ada di halaman berikutnya...

Namun, Charris berpesan agar pemerintah tetap mengontrol kawasan tersebut.

"Bertahannya Sarkem tak lepas dari faktor ekonomi. Banyak orang yang menggantungkan ekonominya di sana, maka pemerintah juga tidak bisa langsung menutup seperti lokalisasi pada umumnya," ujarnya.

Charris menambahkan, pemerintah juga tidak boleh lepas tangan dan harus mengawasinya. "Terutama dampak sosial, ekonomi, kriminalitas, kerawanan konflik, dan kesehatannya," imbau Charris.

"Apalagi kan dalam masalah prostitusi, risiko kesehatan seperti penyakit kelamin dan AIDS itu tinggi. Banyak orang tak bersalah seperti wanita dan anak biasanya menderita AIDS karena tertular suami/bapaknya. Ini perlu menjadi perhatian," pungkasnya.


Berita judul Kata Budayawan soal Pergeseran Makna Sarkem Jogja ini merupakan artikel ketiga dari empat artikel hasil peliputan tim detikJateng tentang Sarkem Jogja.

Simak artikel lainnya tentang Sarkem Jogja hanya di detikJateng.



Hide Ads