Sarkem Jogja: Balokan KA, Pasar Kembang hingga 'Lokalisasi'

Sejarah Sarkem Jogja #1

Sarkem Jogja: Balokan KA, Pasar Kembang hingga 'Lokalisasi'

Rizky Dafa Prasetyanto, Kesia Oktanoya Lini - detikJateng
Sabtu, 08 Okt 2022 14:31 WIB
Jalan Pasar Kembang, Kota Jogja.
Jalan Pasar Kembang, Kota Jogja. (Foto: Tim detikJateng)
Jogja -

Sarkem Jogja sempat dikenal sebagai 'lokalisasi'. Seperti apa sejarah dan fakta tentang Sarkem Jogja?

Sarkem merupakan akronim Pasar Kembang, nama jalan di pusat Kota Jogja, di antara kawasan Malioboro dan Stasiun Tugu. Wilayah itu berada di Kelurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Kota Jogja.

Balokan

Ternyata wilayah itu dulunya bernama Balokan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu Sarkem itu namanya Balokan. Balokan itu ya balok, berhubungan dengan stasiun. Tempat menumpuk balok-balok kayu jati untuk bantalan rel KA," kata salah satu tokoh masyarakat Sosromenduran, Ipung Purwandari, saat dihubungi detikJateng, Kamis (6/10/2022).

Ipung pernah menjadi Ketua RW 02 Sosrowijayan Wetan, Sosromenduran, selama tiga periode. Kini perempuan itu duduk sebagai anggota DPRD Kota Jogja.

ADVERTISEMENT

Pasar Kembang

Ipung menceritakan asal mula Balokan berubah nama menjadi Pasar Kembang. Dulu banyak orang yang menjual kembang atau bunga di wilayah tersebut.

"Dulu juga banyak orang yang jual bunga di situ. Dinamakan Pasar Kembang karena banyak yang jualan bunga. Seiring perkembangan zaman, akhirnya pindah ke Kotabaru yang jual-jual bunganya. Balokan diganti dengan nama Jalan Pasar Kembang karena banyak yang jual bunga di situ," jelasnya.

"Pasar Kembang itu dari pojokan Malioboro sampai pojokan penghabisan Stasiun Tugu yang ada Hotel Abadi lampu merah," imbuhnya.

Kawasan Kampung Sosrowijayan, Sosromenduran, Gedongtengen, Kota Jogja.Kawasan Kampung Sosrowijayan, Sosromenduran, Gedongtengen, Kota Jogja. Foto: Tim detikJateng

Prostitusi

Seiring waktu, publik mengenal nama Pasar Kembang atau Sarkem sebagai tempat prostitusi di Kota Jogja. Sarkem juga sempat dikatakan sebagai lokalisasi tertua. Namun, menurut Ipung, wilayah tersebut bukanlah lokalisasi.

"Kenapa Sarkem jadi terkenal karena dulu di situ ada sebuah kegiatan (prostitusi). Intinya seperti lokalisasi tapi sebenarnya bukan lokalisasi, soalnya kan banyak penduduk juga," ujarnya.

"Akhirnya dikenal dengan Sarkem karena kegiatan tersebut. Walaupun saya tidak mau bilang itu lokalisasi karena banyak penduduk, ada sekolah, TK, balai desa, dan musala. Tidak semua melakukan kegiatan (prostitusi) seperti itu, walaupun kita tidak menutup mata juga bahwa ada kegiatan yang seperti itu," imbuhnya.

Berita Sarkem Jogja: Balokan KAI, Pasar Kembang hingga 'Lokalisasi' ini merupakan artikel pertama dari empat artikel hasil peliputan tim detikJateng tentang Sarkem Jogja.

Simak artikel selanjutnya tentang Sarkem Jogja hanya di detikJateng.




(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads