Jembatan Glagah di ruas Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ditutup karena ambles. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY menemukan korosi yang diduga menjadi penyebab rusaknya Jembatan Glagah tersebut.
Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan DPUP-ESDM DIY Wira Sasongko Putro mengatakan berdasarkan hasil pengamatan sekilas, ditemukan korosi pada rangka baja bagian bawah Jembatan Glagah. Kendati begitu, hal ini dinilai masih aman.
"Dari sisi visual rangka jembatannya, kami bisa matur (bilang) walaupun ada korosi, tapi secara visual rangka baja masih aman. Untuk kerusakannya memang di pelatnya saja," ujar Wira saat dimintai konfirmasi, Senin (26/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wira mengatakan hasil pemeriksaan sementara ini menjadi bahan pertimbangan pihaknya untuk menentukan langkah penanganan terhadap Jembatan Glagah. Ada dua opsi, mengganti bagian yang rusak atau perbaikan menyeluruh.
"Nanti kita telaah dulu, apakah cukup dengan penggantian pelat lantai saja atau nanti perbaikan keseluruhan. Karena ini kan jembatan ya, jadi harus dicek juga apakah bautnya masih aman, seberapa parah tingkat korosinya. Kalau terlalu parah maka penanganannya lebih masif," ujarnya.
Terkait aman tidaknya Jembatan Glagah saat ini dilintasi kendaraan, Wira mengatakan masih aman jika dilewati kendaraan roda dua. Sedangkan untuk kendaraan roda empat atau angkutan besar tidak diperkenankan lewat.
"Saat ini hanya untuk motor, karena sisi kiri jembatan masih cukup baik untuk roda dua. Kalau mobil sudah dialihkan," ujarnya.
Lebih lanjut, Wira belum bisa memastikan kapan Jembatan Glagah diperbaiki. Ini karena jembatan masih dalam proses perubahan status dari yang sebelumnya di bawah kewenangan pemerintah provinsi menjadi pemerintah pusat.
"Karena ini darurat apakah bisa dianggarkan, kami belum bisa matur. Apakah nanti ditangani tahun ini atau 2023. Kalau tahun ini kami sulit terkait pendanaan provinsi, dan kalau nasional (APBN) kami juga belum tahu," jelasnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Sementara itu, Kepala DPUP-ESDM DIY Anna Rina Herbranti mengatakan pihaknya sudah mengecek kondisi Jembatan Glagah siang ini. Pihaknya membenarkan bahwa ada kerusakan di sejumlah bagian jembatan karena sejumlah faktor. Salah satunya terkait usia jembatan yang sudah tua, sementara masih kerap dilalui kendaraan bertonase berat.
"Jadi jembatan ini dibangun tahun 1988, usianya kurang lebih 34 tahun. Repetisi beban kendaraan yang melebihi beban rencana jembatan. Beban rencana diperkirakan 6-8 ton mengingat tahun 1988 jalan tersebut masih merupakan jalan kabupaten, sedangkan saat ini yang melewati jembatan adalah truk material yang bebannya melebihi tonase yang diperkenankan," ujar Anna saat dimintai konfirmasi detikJateng, Senin (26/9).
Kondisi tersebut lanjut Anna, diperparah dengan korosi yang menggerus struktur jembatan. Korosi disebabkan karena jembatan terletak tak jauh dari kawasan pantai.
"Lokasi jembatan berdekatan dengan pantai, sehingga rentan terhadap korosi," ucapnya.
Anna mengatakan penanganan Jembatan Glagah akan dilakukan bersama Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) DIY. Mengingat jembatan tersebut merupakan bagian dari JJLS.
Rekayasa Lalin Jembatan Glagah
Diberitakan sebelumnya, Kasat Lantas Polres Kulon Progo Iptu Johan Rinto Damar Jati menjelaskan berdasarkan hasil koordinasi dengan DPU-ESDM DIY, dari hasil analisis sementara oleh Dinas, Jembatan Glagah mengalami keropos pada bagian bawah karena faktor usia.
Diketahui bahwa jembatan Glagah sudah beroperasi sejak 1988 di mana saat itu statusnya masih milik kabupaten, sebelumnya akhirnya berubah status menjadi jalan provinsi dan kini sedang masa peralihan untuk dikelola oleh pemerintah pusat.
"Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas PU Provinsi, ternyata rancangan jembatan ini masih level jalan kabupaten dulu di 1988. Untuk 2023 nanti dijadikan jalan nasional, jadi ini kan faktor usia juga akhirnya jembatan ini yang dasaran bawah keropos," terang Johan.
Johan mengatakan, selama jembatan ditutup, akan diberlakukan pengalihan arus lalu lintas. Pengalihan ini berlaku bagi pengendara roda empat hingga angkutan besar, baik itu yang datang dari arah barat maupun sebaliknya lewat JJLS. Sedangkan untuk pengendara motor masih bisa lewat karena dirasa tetap aman jika dibandingkan kendaraan roda empat.
Untuk pengendara roda empat dari arah barat atau Purworejo yang lewat JJLS akan dialihkan ke utara lewat pertigaan Congot menuju jalan nasional. "Kalau yang udah terlanjur sini, nanti sebelah barat jembatan kita alihkan ke kiri ke simpang tiga demen sampai jalan nasional," terangnya.
Sedangkan pengendara dari arah timur, dialihkan lewat Panjatan ke utara sampai tembus jalan nasional. Bisa juga lewat simpang tiga Karangwuni ke utara yang tembusannya sampai jalan nasional.
Johan menerangkan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan selama pengalihan arus, pihaknya akan menerjunkan sejumlah personil di beberapa titik. Selain itu juga memasang rambu petunjuk arah di setiap jalan alternatif.
"Antisipasi kemacetan kebetulan di jalan nasional banyak perbaikan, nanti kita tempatkan personel sama jalur alternatif kita bikin petunjuk arah biar tidak terjadi kepadatan," ucapnya.