UGM Luluskan Doktor Baru, Teliti Metode Deteksi Glaukoma Lebih Dini

UGM Luluskan Doktor Baru, Teliti Metode Deteksi Glaukoma Lebih Dini

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Selasa, 20 Sep 2022 17:51 WIB
Lulusan baru doktor UGM, dr Emma Rusmayani, teliti metode deteksi dini glaukoma. Foto diambil Selasa (20/9/2022).
Lulusan baru doktor UGM, dr Emma Rusmayani, teliti metode deteksi dini glaukoma. Foto diambil Selasa (20/9/2022). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng
Sleman -

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali meluluskan doktor baru. Dia adalah dr Emma Rusmayani.

Saat mengikuti ujian terbuka Promosi Program Doktor, Emma menjelaskan penelitiannya yakni 'Tinjauan Kadar Ischemia-Modified Albumin, Tumor Necrosis Factor Alfa, dan Malondialdehyde Pada Humor Akuos dan Serum Darah Sebagai Penanda Iskemia Lokal dan Sistemik Pada Glaukoma Primer'.

Dalam penelitian itu, Emma memberikan alternatif deteksi dini glaukoma melalui penanda biologis Ischemia Modified Albumin (IMA). Emma menjelaskan, pemeriksaan humor akuos ini dapat mendeteksi glaukoma lebih dini dibanding model pemeriksaan yang sudah ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penelitian saya memeriksa kadar penanda biologis melalui cairan dalam bola mata yang disebut humor akuos. Kelebihannya pemeriksaan ini dapat mendeteksi glaukoma lebih dini daripada modelitas pemeriksaan glaukoma yang sudah ada," kata Emma ditemui di UGM, Selasa (20/9/2022).

Pemeriksaan ini relatif sederhana. Yakni dengan mengambil sampel bagian dari cairan bola mata. Di sisi lain pemeriksaan ini juga disebut lebih murah.

ADVERTISEMENT

"Secara garis besar kurang lebih biayanya kurang dari Rp 500 ribu, dibandingkan pemeriksaan model glaukoma lain. Pemeriksaan ini relatif lebih sederhana dan terjangkau dan dapat juga dilakukan di fasilitas lab sederhana," ujarnya.

Diagnosis glaukoma dilakukan melalui pemeriksaan tekanan bola mata dengan pemeriksaan luas penglihatan dan ketebalan retina nerve fiber layer (RNFL). Atau biasa disebut lapisan serat saraf retina, melalui optical coherence tomography (OCT).

"Saat ini deteksi dini glaukoma utamanya dilakukan melalui penipisan RNFL pada pemeriksaan OCT. Pemeriksaan ini perlu dilakukan secara serial dan tidak hanya sekali untuk mengetahui kerusakan RNFL yang terjadi," jelasnya.

"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi bagi individu penderita glaukoma maupun orang dengan faktor risiko untuk dapat mendeteksi lebih dini penyakitnya," imbuhnya.

Dengan deteksi dini ini, lanjut Emma, bisa segera menentukan langkah antisipasi glaukoma. Apalagi hingga saat ini glaukoma belum bisa diobati.

"Kalau kita bisa deteksi lebih dini, kita bisa mencegah pasien jatuh dalam kebutaan permanen," ujarnya.




(rih/dil)


Hide Ads