Dari catatan Dishub, rata-rata ada 6.000 kendaraan yang setiap pagi memadati JPL teteg wetan. Sementara jumlah perjalanan kereta api setiap hari terus bertambah. Kondisi ini meningkatkan risiko kecelakaan antara pengendara dengan kereta api.
"Kereta bandara saja sudah 24 perjalanan sehari belum itu yang luar kota. Kemudian berdasarkan hasil survei yang lewat sini ada 6.000 kendaraan saat pagi hari," jelasnya.
Ditemui di lokasi yang sama, Deputi Executive Vice President (EVP) Daop 6 Yogyakarta, Ririn Widiastuti menjelaskan bahwa alasan penutupan teteg wetan terkait dengan makin tingginya frekuensi perjalanan kereta api. Selama pandemi kemarin, jumlah kereta yang lewat jalur tersebut berkisar 40. Untuk saat ini mencapai kisaran 106 saat hari biasa, dan 116 ketika memasuki akhir pekan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jelang Natal dan Tahun Baru nanti pasti meningkat lagi seiring adanya permintaan tambahan angkutan untuk momen tersebut sehingga memang ini harus ditutup," jelasnya
Alasan lainnya karena di wilayah Wates ada dua JPL yaitu teteg wetan dan teteg kulon yang jaraknya kurang dari 800 meter. Hal itu kata Ririn menyalahi Permenbhub sehingga salah satunya harus ditutup.
"Teteg wetan dengan kulon, jaraknya kurang dari 800 meter, itu belum mengindahkan aturan permenhub sehingga salah satunya ditutup yaitu teteg wetan ini," ujarnya.
Ririn menjelaskan selama masa uji coba, penutupan teteg wetan masih menggunakan palang semi permanen. Nantinya ketika sudah habis masa uji coba, pihaknya akan membangun pagar permanen agar kendaraan tidak bisa melintas.
"Yang sisi utara nanti pagar akan dibuat permanen, sekalian bangun pedestrian di sisi pagar. Untuk yang sisi selatan juga dibuat rapi jadi bener-bener permanen sehingga tidak ada kendaraan yang bisa melintas," ujarnya.
Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(sip/sip)