Universitas Diponegoro (Undip) memamerkan sederet karya riset unggulan dalam peringatan Dies Natalis ke-68. Sebanyak 35 inovasi dari berbagai fakultas ditampilkan, mulai dari bidang ketahanan pangan, kesehatan, energi, hingga lingkungan.
Rektor Undip, Suharnomo, mengatakan seluruh inovasi yang dipamerkan merupakan hasil riset yang memiliki manfaat langsung bagi masyarakat.
"Inovasi terbaik dari Undip meliputi berbagai aspek ya, dari ketahanan pangan, obat-obatan, hingga desalinasi untuk pemanfaatan air laut agar siap minum. 35 inovasi tadi 100 persen bermanfaat bagi masyarakat," kata Suharnomo di Muladi Dome, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jumat (17/10/2025).
Pengembangan Low-Cost Sensor
Salah satu inovasi yang mencuri perhatian publik adalah pengembangan Low-Cost Sensor (LCS) oleh tim Fakultas Teknik yang diketuai Dr. Eng. Ir. Bimastyaji Surya Ramadan. Alat ini berfungsi memantau kualitas udara dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding perangkat milik pemerintah.
"Aslinya (alat pantau udara standar) memang mahal itu harga satu air quality monitoring station (AQMS) Rp 1 miliar satu paket," kata Bima saat dihubungi, Jumat (17/10).
"Lah saya bikin itu kemarin nggak sampai Rp 20 juta, paling Rp 10 juta maksimal. Tapi ini memang kitanya kan masih jelek gitu. Biasanya ingin bikin casing-nya biar lebih bagus aja," lanjutnya.
Meski murah, kata Bima, LCS sudah mampu mendeteksi empat parameter penting, yakni partikel halus di udara dengan diameter 2,5 mikrometer atau PM 2.5, PM 10, kelembapan, dan suhu.
"Jadi idenya sebetulnya dari dari PT Teknomedika, perusahaan masker yang sudah biasa ngurusin deteksi debu. Mereka ingin nyoba ke arah yang lain gitu. Terus karena memang saya bidangnya di udara, cukup tertarik," ujarnya.
Tahun ini, pihaknya telah mengembangkan alat lebih lanjut dengan sistem panel surya sebagai sumber dayanya. Ia berharap akhir tahun sudah siap dipatenkan.
Menurutnya, alat ini sudah diuji kalibrasi dengan DLHK Solo dan dinyatakan memenuhi standar akurasi. Saat ini LCS telah terpasang di delapan titik di Kota Semarang.
"Tapi untuk sekarang kita sudah bikin 10 LCS. Kita sudah ada 10 LCS, kita tempatkan di beberapa titik ada di Banyumanik, dekat rumah saya," tuturnya.
Bima menambahkan, riset ini akan dikembangkan lebih jauh untuk mendeteksi gas berbahaya seperti CO2, CO, NO2, SO2, dan metana, serta diterapkan dalam sistem peringatan dini (early warning system) untuk mencegah kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Early warning system kami taruh di sana, terus nanti misalkan ada kebakaran pemangku kebijakan misalkan dari DLH itu langsung notice di sana ada kebakaran misalkan. Karena dilihat dari tingginya PM yang ada di udara," ungkapnya.
Tahun depan pun ia akan mengembangkan versi indoor yang bisa diintegrasikan dengan filter udara.
Inovasi D'Ozone
Selain LCS, ada pula inovasi D'Ozone, alat berbasis teknologi plasma ozon yang mampu memperpanjang masa simpan hasil panen. Inovasi ini dikembangkan oleh dosen Undip, Prof. Dr. Muhammad Nur DEA.
Ia menjelaskan, D'Ozone mampu menghasilkan ozon hingga 150 gram per jam dan efektif memperpanjang masa simpan cabai hingga 60 hari.
"Produk ini bekerja membunuh bakteri, jamur, dan virus yang menyebabkan pembusukan. Petani bisa langsung menggunakan air bercampur gas ozon saat mencuci hasil panen," kata Nur.
D'Ozone juga terbukti menurunkan residu pestisida hingga 95 persen, menekan kehilangan hasil panen dari 20-30 persen menjadi 5 persen, serta menjaga warna dan nutrisi produk hortikultura seperti cabai, tomat, dan brokoli.
"D'Ozone membuat pertumbuhan tunas pada benih menjadi lebih baik dengan tingkat pertumbuhan yang rata, untuk bibit bawang. Mengurangi kerugian akibat pembusukan dari hasil panen yang melimpah, meningkatkan pendapatan petani dan pedagang," tuturnya.
"Mendapatkan produk segar dan berkualitas tinggi, menjaga warna, tekstur, dan nutrisi hasil panen, serta tidak menghasilkan limbah berbahaya dan aman bagi lingkungan," lanjutnya.
Rektor Undip, Suharnomo menyatakan inovasi-inovasi yang dipamerkan merupakan bukti kontribusi nyata Undip terhadap pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
"Inovasi terbaik dari UNDIP meliputi berbagai aspek ya, dari ketahanan pangan, obat-obatan, hingga desalinasi untuk pemanfaatan air laut, untuk siap minum. 35 inovasi tadi 100 persen bermanfaat bagi masyarakat," pungkasnya.
Simak Video "Video: Eks Kaprodi PPDS Anestesi Undip Dituntut 3 Tahun Penjara"
(dil/apl)