Program 10 Ton Bisa, Strategi Bupati Pati Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Program 10 Ton Bisa, Strategi Bupati Pati Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Dian Utoro Aji - detikJateng
Minggu, 13 Jul 2025 18:25 WIB
Bupati Pati Sudewo ditemui di Pendopo Kabupaten Pati, Jumat (21/3/2025).
Bupati Pati Sudewo ditemui di Pendopo Kabupaten Pati, Jumat (21/3/2025). Foto: Dok Pemkab Pati
Pati -

Bupati Pati, Sudewo memiliki strategi untuk meningkatkan kesejahteraan petani yakni dengan program 1 Hektare 10 Ton Bisa. Program ini tidak hanya fokus swasembada pangan beras, tetapi juga kesejahteraan petani yang meningkat.

"Kami punya program satu hektare 10 ton. Dan itu harus bisa terwujud. Harus terealisir," kata Sudewo kepada detikJateng ditemui di sela-sela acara di TPI Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Minggu (13/7/2025).

Menurutnya program 10 ton bisa merupakan kolaborasi pemerintah daerah dengan seluruh petani. Mereka bersama-sama untuk bersinergi mewujudkan 1 hektare 10 ton bisa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua petani harus bekerja keras bersama sama pemerintah Kabupaten Pati untuk merealisasikan panen padinya 1 hektare minimal 10 ton bisa," jelasnya.

Sudewo memaparkan tercetus program ini karena melihat permasalahan kelangkaan pupuk hingga harga gabah telah diatasi melalui pemerintah pusat Presiden Prabowo Subianto. Maka Sudewo bersama Wakilnya Risma Ardi Chandra tidak mau menyia-nyiakan peluang emas tersebut.

ADVERTISEMENT

"Karena ini kesempatan emas bagi petani Kabupaten Pati. Di mana pokok persoalan petani yang selama dihadapi, seperti masalah pupuk dan masalah harga jatuh ketika panen. Itu semua sudah diatasi oleh kebijakan Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto," jelasnya.

"Pupuk sudah tidak ada langka. Pupuk tidak ada harga mahal. Tidak yang datang tidak tepat waktu. Semua sudah diatasi," Sudewo melanjutkan.

Terkait dengan harga gabah murah saat panen, menurutnya juga telah diselesaikan pemerintah. Menurutnya pemerintah telah mematok harga gabah mencapai Rp 6.500 per kilogram.

"Kemudian dikhawatirkan harga gabah jatuh. Itu tidak ada masalah lagi. Pemerintah sudah mematok harga minimal Rp 6.500 harga gabahnya," terang dia.

Oleh karena itu, menurut politikus Gerindra ini, hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi masyarakat terutama petani di Pati untuk meningkatkan kesejahteraannya.

"Meningkatkan kesejahteraannya dengan cara meningkatkan produksinya," ungkap dia.

Lebih lanjut, Sudewo mengatakan wilayah Pati selama kurun waktu lima sampai enam tahun lalu panen petani mencapai 10 ton. Maka menurutnya program ini tidak hanya teori belaka. Akan tetapi sudah dialami oleh petani di Pati.

"Yang petani ini jadi mentor melakukan sosialisasi untuk mencapai 10 ton kepada petani lain seluruh Kabupaten Pati," ujarnya.

Menurutnya petani yang memiliki panen lebih 10 ton diminta untuk saling berbagi ilmu dengan petani lainnya. Dengan begitu seluruh petani bisa merasakan program tersebut.

"Target kami sampai bulan September 2025 sosialisasi mencapai 10 ton bisa itu sudah terlaksana secara keseluruhan," jelasnya.

"Berikutnya mengimplementasikan," dia melanjutkan.

Sudewo mengaku dari hasil panen dilakukan petani seperti di wilayah Pati Selatan bisa mencapai 10 ton dalam satu hektare.

"Faktanya 10 ton bisa tercapai. Kemarin ada yang mengatakan di Pati Kidul tidak bisa 10 ton karena kekurangan air. Itu salah besar," jelasnya.

"Wilayah Pati Selatan sudah bisa membuktikan. Bahkan 10,4 ton dalam 1 hektare di Desa Mangonrejo, di Desa Larangan itu banyak sekali," dia melanjutkan.

Strategi inilah kata dia merupakan upaya Pemkab Pati meningkatkan kesejahteraan petani. Jadi tidak hanya tataran swasembada pangan. Apabila swasembada pangan Kabupaten Pati sudah mencapai swasembada pangan.

"Setiap tahun produksi beser 350 ribu ton. Kemudian dibutuhkan di Pati hanya 150 ribu ton. Artinya surplus 200 ribu ton per tahun ini sudah swasembada pangan," jelasnya.

Melalui program 10 ton bisa ini, Sudewo berharap bisa menyejahterakan petani. Sebab hasil panen petani juga langsung diserap oleh Bulog dengan harga yang sesuai diinginkan petani.

"Tetapi swasembada pangan sekalipun faktanya petani belum sejahtera. Maka cara untuk meningkatkan kesejahteraan di antaranya adalah meningkatkan produksi asal panennya banyak uangnya banyak dia sejahtera," jelasnya.

"Tidak ada khawatir tidak laku. Memperjuangkan diserap Bulog supaya harga dipatok per kilogram Rp 6.500," tandas Sudewo.




(rih/rih)


Hide Ads