Cerita Sukses Kedai Kopi Original Santri di Pati, Bermodal KUR dari BRI

Cerita Sukses Kedai Kopi Original Santri di Pati, Bermodal KUR dari BRI

Dian Utoro Aji - detikJateng
Jumat, 26 Apr 2024 18:36 WIB
Lutfi, pemilik Kedai Kopi Original Santri di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (26/4/2024).
Lutfi, pemilik Kedai Kopi Original Santri di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (26/4/2024). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Pati -

Seorang santri di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terbilang sukses menekuni usaha tempat ngopi. Pemilik kedai itu menggratiskan kopinya tiap Jumat, 'bayarnya' cukup dengan doa.

Dia adalah Muhammad Abdullah Lutfi (30) warga Desa Semerak, RT 4 RW 2, Kecamatan Margoyoso. Siang tadi dia sibuk melayani pembeli di kedainya. Dia juga menjual biji kopi segar maupun yang sudah digiling.

Lutfi mengaku pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Kajen Margoyoso pada 2008-2011. Setelah itu dia sempat melanjutkan sekolah di Jogja hingga lulus, lalu kembali ke pondok pesantren di Kajen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena keinginan memiliki penghasilan sendiri, dia lalu membuka kedai kopi. "Anak pondok kan mepet (uang sakunya), bagaimana caranya bisa ngirit. Dulu bisa ngopi itu pernah goreng (sangrai) sendiri," kata Lutfi saat ditemui detikJateng, Jumat (26/4/2024).

Kini, pria yang sudah berkeluarga ini membuka usaha Kedai Kopi Original Santri. Dia juga bekerja sama dengan komunitas 'Berkah Kopi Songo'. Kedainya buka setiap hari dari pukul 09.00 WIB sampai malam.

ADVERTISEMENT

Lutfi mengambil kopi robusta langsung dari petani di Desa Pangonan, lereng Pegunungan Muria. Dia mengolah sendiri biji kopi dari petani menjadi bubuk dan siap saji.

"Kita ambil kopi dari petani, terus kita lakukan pengolahan sendiri, sampai kita jual roasted bean, masih biji-biji, sama bubuk, Di kedai juga ada yang sudah siap saji," jelas dia.

Pembeli kopi robusta dari kedai Lutfi dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya dari Kalimantan, Sumatra, dan Papua. Harga kopinya Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu per bungkus. Sedangkan segelas kopi di kedainya seharga Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu.

"Gratis setiap hari Jumat, yang penting doanya saja. Macam ada luar daerah ada dari Purwodadi, Kudus, dan lingkup pesantren pondok itu ramai. Di rumah kalau gelas sampai 25-50 per hari, per bungkus 15-20 per hari," ungkapnya.

Modal Usaha dari KUR

Lutfi menambahkan, usaha kedai kopi yang terus berkembang tidak lepas dari bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan tambahan modal itu dia bisa mengembangkan dan mengenalkan kopi asli lereng Pegunungan Muria.

"Sudah dua kali ambil kredit usaha rakyat (KUR) dari Bank Rayat Indonesia (BRI), pertama Rp 50 juta, terus 2023 itu ambil Rp 50 juta," jelas dia.

KUR itulah digunakan untuk mengembangkan usahanya tersebut.

"Sangat membantu untuk mengembangkan usaha kopi, buat fasilitas mengembangkan fasilitas kedai, ingin berkembang," pungkas Lutfi.




(dil/apu)


Hide Ads