Kisah Sukses Perajin Eceng Gondok di Demak, Laris Sampai Thailand!

Kisah Sukses Perajin Eceng Gondok di Demak, Laris Sampai Thailand!

Dian Utoro Aji - detikJateng
Kamis, 25 Apr 2024 12:43 WIB
Perajin eceng gondok, Sumarti Ningsih (52), warga Pondok Patiunus RT 4 RW 7, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, Kamis (24/4/2024).
Perajin eceng gondok, Sumarti Ningsih (52), warga Pondok Patiunus RT 4 RW 7, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, Kamis (24/4/2024). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Demak -

Di tangan pasutri warga Pondok Patiunus, RT 4 RW 7, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, eceng gondok bisa dianyam menjadi produk kerajinan yang laku dijual sampai ke Thailand.

Ditemui detikJateng di rumahnya, Kamis (25/4), pasutri pemilik usaha 'Tyas Creation' bernama Sumarti Ningsih (52) dan Bambang Sulaksono itu sedang menganyam eceng gondok untuk dibuat jadi tas dan topi.

Ningsih mengatakan dulunya dia pedagang roti lalu banting setir menjadi perajin tas rajut. Karena tas rajut kurang laku lantaran harganya mahal, pada 2011 dia mulai mencoba membuat rajutan dari eceng gondok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat beli benang rajut di Semarang saya lihat ada (produk rajut) dari eceng gondok, terus saya cari di YouTube dan belajar dari situ," kata Ningsih, Kamis (25/4/2024).

Ningsih sempat kesulitan saat belajar merajut eceng gondok sendiri. Setelah mendapat pelatihan dari Pemkab Demak, akhirnya dia bisa membuat berbagai produk dan eksis sampai sekarang.

ADVERTISEMENT

"Kebetulan saya juga pelaku UMKM, terus sering dikasih fasilitasi dari dinas-dinas. Dari OPD itu yang sering, sampai bisa sampai sekarang ini. Dari pelatihan, pembungkusan, sampai dengan pemasaran. Pernah diajak studi banding juga," ujarnya.

Ningsih menggunakan eceng gondok dari Rawa Pening Semarang untuk dirajut menjadi tas, topi, wadah tisu, hingga tikar.

"Saya ambil (eceng gondok) dari Rawa Pening karena eceng gondoknya tebal," jelasnya.

Untuk membuat satu tas eceng gondok, Ningsih biasanya membutuhkan waktu sehari. Harga produknya bervariasi, dari Rp 60 ribu sampai Rp 800 ribu.

"Sudah laku di Semarang hingga Bandung. Beberapa kali juga dijual sampai ke Thailand. Kotak tisu Rp 70 ribu, paling mahal keranjang box laundry sampai Rp 800 ribu, tergantung ukurannya," jelasnya.

Kerja Sama dengan BRI

Ningsih bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam hal pembayaran secara nontunai. Dia menyediakan QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard BRI.

"Biasanya kami juga menyediakan pembayaran QRIS BRI, karena kita juga bekerja sama dengan BRI ya," terang dia.

Dia juga sering menjadi narasumber yang diselenggarakan oleh BRI Cabang Demak untuk memberikan pelatihan kepada para pelaku UMKM.

"Sering mengisi pelatihan, jadi narasumber PKK, dipanggil ke desa, kadang diundang Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk jadi narasumber buat pelaku UMKM," pungkas dia.

Sementara itu, data BRI Regional Office Semarang mencatat ada 115.144 merchant QRIS wilayah kota yang meliputi wilayah Kota Semarang 26.386, Kota Tegal ada 6.700, Kota Pekalongan 4.895, dan Kota Salatiga ada 2.629. Sedangkan 14 wilayah kabupaten terdapat 74.534 merchant QRIS.




(dil/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads