Anggun Sopir Bank Gondol Rp 10 M Ternyata Rencanakan Aksinya Sejak Juni

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 12 Sep 2025 12:16 WIB
Barang bukti uang pecahan Rp 100 ribu dari kasus pencurian uang Rp 10 miliar milik Bank plat merah, saat dibawa ke Mapolresta Solo, Senin (8/9/2025). Foto: Dok. Tim Resmob Polresta Surakarta
Semarang -

Aksi Anggun Tyas, sopir bank pelat merah yang menggondol uang milik tempat kerjanya senilai Rp 10 miliar di Solo, ternyata bukan spontan. Polisi mengungkap, pelaku sudah merencanakan aksinya sejak Juni 2025 dan bahkan sempat memberi tahu adiknya.

Hal itu diungkapkan Katim Resmob Polda Jateng, AKP Rio Adi Putra. Ia mengatakan, Anggun memang sudah menunggu momen tepat. Begitu ada kesempatan saat ditinggal petugas ke toilet, ia langsung kabur membawa uang bank sebesar Rp 10 miliar tersebut.

"Memang sebelumnya sudah direncanakan sama dia, sudah dari bulan 6 dia rencana ambil uang. Tapi belum ada kesempatan. Nah, kemudian dia kabur lah bawa mobil ini sama uang," kata Rio saat dihubungi detikJateng, Jumat (12/9/2025).

"Dari pihak polisi dan BPD nggak curiga karena dia sering bawa mobil untuk cari parkiran, ditelepon nggak diangkat. Kebiasaannya kan ketiduran atau gimana, jadi belum curiga," lanjutnya.

Mobil itu kemudian ia tinggalkan di Colomadu, Kabupaten Karanganyar, sementara uang dipindah ke mobil Maxim yang dipesannya. Anggun lalu menuju Jogja ke rumah temannya, Agus.

"Yang tahu (rencana pencurian) itu cuma adiknya si tersangka (Anggun). Tapi adik tersangka ngomong sama Agus waktu bulan 6 itu juga. 'Kalau Mas nyuri uang nggak usah anggap keluarga lagi', gitu bahasanya," ungkapnya.

Anggun kemudian meminta Agus mencarikan mobil dan tempat jual-beli HP. Namun Agus tak menemukan mobil, sehingga ia kembali diantar sopir Maxim menuju gereja dan dijemput tersangka Dwi Sulistyo atau Oyi.

"Dari situ sopirnya udah nggak tahu lagi, karena sudah dibawa pakai mobil rentalan di Jogja. Ternyata dianterin ke kosan Oyi di Jogja, uangnya baru dipindahin," jelasnya.

Uang itu kemudian dipakai untuk membeli rumah di kawasan pelosok Gunungkidul seharga Rp 140 juta yang ditempati bersama Dwi, pacar Dwi, dan ibu pacar Dwi. Rumah itu dipilih karena berada di lokasi blank spot alias tak ada sinyal, agar sulit dilacak.

"Rumah yang di Gunungkidul yang nggak ada sinyal itu dicariin sama temannya Oyi. Oyi tahu titik-titik yang mana aja yang blank spot. Jadi memang dicariin rumah yang nggak ada penduduknya. Belakang, kiri, kanannya, itu hutan," ungkapnya.

"Supaya nggak terlacak sama orang-orang kampung. Karena metode tersangka ini setiap beli HP, HP-nya itu dibuang, dikasih ke orang, beli lagi HP, ketemu orang dikasih lagi, udah kayak bos," tuturnya.

Kala di pelarian, jelas Rio, kedua tersangka berencana untuk membuka usaha simpan pinjam kepada warga kampung. Tersangka Dwi bahkan telah berencana merekrut orang baru sebagai penagih.




(apu/aku)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork