Tradisi buka luwur di makam Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, hari ini dipadati warga. Mereka rela berdesak-desakan demi ngalap (mencari) berkah dari penggantian kain lurup atau kain penutup makam Syekh Maulana Ibrahim Maghribi.
"Kegiatan buka luwur atau sadranan ini intinya penggantian kain lurup makam Pantaran, makam Syekh Maulana Ibrahim Maghribi," kata juru kunci makam Pantaran, Totok Sunyoto (60), saat ditemui disela acara, Jumat (2/8/2024).
![]() |
Acara tradisi setahun sekali ini diawali dengan kirab budaya dari rumah juru kunci menuju makam Pantaran. Jaraknya sekitar 300 meter. Kain lurup baru dan sejumlah gunungan hasil bumi diarak dalam kirab tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Totok mengatakan, ada lima makam di cungkup kompleks makam Pantaran, yaitu makam Syekh Maulana Ibrahim Maghribi, Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, dan Ki Ageng Kebokanigoro. Hari ini kain lurup penutup lima makam itu diganti baru.
Sedangkan di luar cungkup itu merupakan makam warga, sehingga tradisi ini juga diikuti warga setempat dengan menggelar sadranan.
"Tradisi buka luwur atau sadranan ini digelar tiap tahun, setelah tanggal 20 di bulan Suro (penanggalan Jawa), jatuh pada hari Jumat," ujar Totok.
"Karena itu sudah naluri dari dulu. Kita tinggal meneruskan apa yang telah ada dari mbah-mbah dulu," sambungnya.
Totok menjelaskan, Syekh Maulana Ibrahim Maghribi merupakan penyebar agama Islam di Pantaran. Ki Ageng Pantaran ialah pemilik padepokan di Pantaran yang saat itu disebut sang Wiku. Ki Ageng Pantaran bersama murid-muridnya masuk Islam setelah kedatangan Syekh Maulana Ibrahim Maghribi.
Setelah prosesi buka luwur selesai dilakukan, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Nasi yang dibawa warga dibagikan kepada para pengunjung. Gunungan hasil bumi yang dikirab juga diperebutkan di luar kompleks makam.
Kain mori bekas penutup makam itu lalu dibagikan ke ribuan warga yang datang untuk ngalap berkah. Panitia juga membagikan takir berisi nasi dan lauk dari kenduri sadranan.
"Ini momen langka, setahun sekali. Makanya antusias sekali, pasti harus ikut rebutan. Sebenarnya kita bisa beli ya, tapi ini seru lho. Juga berkahnya itu lho," kata Tatik, salah seorang warga yang hadir.
(dil/ahr)