Hari Tari Dunia, Mangkunegaran-Kemendikbud Ristek Tampilkan Bedhaya Diradameta

Hari Tari Dunia, Mangkunegaran-Kemendikbud Ristek Tampilkan Bedhaya Diradameta

Tara Wahyu NV - detikJateng
Minggu, 28 Apr 2024 18:45 WIB
Solo - Puro Mangkunegaran bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyelenggarakan trilogi tari dalam memperingati hari tari dunia. Trilogi tari tersebut disajikan di tiga lokasi yang berbeda, yakni di Candi Sukuh, Puro Mangkunegaran, dan ISI Solo dengan menampilkan Tari Bedhaya Senapaten Diradameta.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X menyebut, tari Bedhaya Senapaten Diradameta sudah ada sejak Mangkunegara pertama. Selain untuk memperingati hari tari dunia, tarian ini juga sebagai merayakan Adeging Mangkunegaran ke-267 tahun.

"Ya tentunya 267 tahun ini merupakan kegiatan yang bersejarah. Hari ini penggaliannya juga kuat, dari sisi menampilkan Bedhaya Diradameta yang sudah ada sejak Mangkunegara I. Bicara trilogi dari sisi lokasi di Candi Sukuh, di Puro dan ISI ini juga bentuk kerja sama," katanya di Puro Mangkunegaran, Minggu (28/4/2024).

Mangkunegara X itu menyebut ditampilkannya Bedhaya Diradameta merupakan momen yang bersejarah. Sehingga, pada hari ini momen yang pas dengan kembali ditarikannya Bedhaya Diradameta.

"267 tahun Puro Mangkunegaran ini dimulai dari perjuangan beliau, tariannya ini di era beliau. Dan juga ada tari kontemporer juga, ini merupakan trilogi lokasi dan trilogi kerja sama," berbernya.

Sementara itu, kurator tari Rama Soeprapto mengatakan Bedhaya Diradameta melambangkan kemenangan pertempuran Rambang pada tahun 1756. Tarian tersebut melibatkan tujuh orang penari laki-laki dengan trisula dan dan busur sebagai simbolisasi heroisme.

"Alasan menampilkan tari Bedhaya Senopaten Diradameta karena tarian ini diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPPA) Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa," ungkapnya.

Lebih lanjut, Rama menjelaskan bahwa Diradameta mengisahkan tentang kiasan gajah mengamuk. Di mana pada usia 16 tahun Pangeran Sambernyawa berjuang untuk melawan penjajah.

"Jadi sebuah teknik peperangannya Pangeran Sambernyawa. Dia 16 tahun berjuang non-stop untuk melawan penjajah di saat itu. Saya rasa sifat heroisme sangat berkurang. Kalau bisa kita tayangkan dalam sebuah tarian dan kebudayaan ini luar biasa," jelasnya.

Menurutnya, tarian Bedhaya Senapaten Diradameta bukanlah tarian yang gampang. Sehingga, tarian tersebut ditarikan oleh orang yang profesional.

"Banyak tarian yang dimiliki Mangkunegaran. Adapun dipilihnya tarian Bedhaya Senapaten Diradameta karena dinilai tepat waktunya karena untuk memperingati Adeging Mangkunegaran ke-267 sekaligus merayakan Hari Tari Sedunia," bebernya.

Terpisah, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid mengatakan dengan digelarnya Hari Tari Dunia dengan menampilkan Bedhaya Senapaten Diradameta ini menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan seni dan budaya.

"Untuk itu melalui rangkaian acara yang berkolaborasi dengan Pura Mangkunegaran, tidak hanya akan menonjolkan keindahan seni tari, tetapi juga bertujuan untuk menghubungkan kembali masyarakat modern dengan akar budaya mereka yang mendalam," pungkasnya. (apu/apu)



Hide Ads